Montreal (ANTARA) - Krisis tumpang-tindih yang melibatkan COVID-19, inflasi, dan pemangkasan bantuan asing oleh negara-negara kaya mendorong terjadinya kesenjangan dalam hal kesehatan dan mengganggu layanan kesehatan.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (1/8) saat menyampaikan pidato utama melalui video pada sesi "kesetaraan kesehatan untuk semua" (health equity for all) dalam Konferensi AIDS Internasional ke-24 atau AIDS 2022.

Tedros mengatakan kesenjangan yang kian melebar dapat membuat kemajuan yang dicapai dalam perang melawan HIV selama satu dekade sia-sia.

Di hampir semua negara, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar dan krisis biaya hidup global membuat semakin banyak orang terperosok ke dalam kemiskinan, paparnya.

"Akses ke instrumen pencegahan yang dapat menyelamatkan nyawa, pengujian, serta pengobatan, baik untuk HIV, COVID-19, dan kini cacar monyet (monkeypox), sering kali bergantung pada hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, seperti tempat Anda dilahirkan, warna kulit Anda, dan seberapa besar pendapatan Anda," ujar Tedros.

Dia menyerukan agar negara-negara pemberi donor tetap melakukan pendanaan bagi kesehatan global.

Para pemimpin komunitas HIV global memperingatkan bahwa dunia sedang mengalami kemunduran terkait HIV.

Menurut laporan dari Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS), tambahan sekitar 1,5 juta kasus infeksi HIV tercatat pada 2021, lebih dari satu juta lebih banyak dibanding target global.

Laporan UNAIDS ini juga menunjukkan bahwa jumlah orang yang menjalani pengobatan HIV mengalami peningkatan yang lebih lambat pada 2021 dibanding peningkatan yang dialami selama lebih dari satu dekade.

Lebih dari 9.500 partisipan luring dan hampir 2.000 partisipan daring mengikuti ajang AIDS 2022.

Ajang tersebut digelar pada 29 Juli-2 Agustus di Kota Montreal, Kanada, dengan tema "kembali terlibat dan ikuti ilmu pengetahuan" (re-engage and follow the science).

Sumber: Xinhua

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022