Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian banjir paling banyak terjadi selama satu pekan pada tanggal 25-31 Juli 2022.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin melaporkan pada pekan lalu Indonesia lebih banyak dilanda bencana hidrometeorologi kering, yakni kebakaran hutan dan lahan.

"Maka, pada pekan ini kita balik lagi mengalami kejadian yang lebih banyak, ada 14 kejadian banjir, kemudian disusul oleh lima kejadian kebakaran hutan dan lahan," kata Abdul.

Baca juga: BNPB pastikan penanganan darurat banjir bandang berjalan efektif

Abdul mengatakan potensi pada pekan pertama Agustus kejadian dua bencana tersebut masih akan terjadi, dan diharapkan semua pihak bersiaga.

"Artinya, tentu saja dengan catatan kejadian ini kita harus benar-benar menyiapkan diri. Pemerintah daerah harus menyiapkan terhadap dua kemungkinan ini, karena kadang-kadang terjadi dalam satu provinsi di satu bagian itu hidrometeorologi basah, sedangkan di bagian lain hidrometeorologi kering, ini juga sering kita amati," kata Abdul.

Abdul memaparkan untuk bencana banjir saja ada 1.143 rumah terendam yang menyebabkan 6.349 jiwa terdampak dan beberapa dari korban ini atau yang mengalami kerusakan rumah ini harus mengungsi. Sedangkan kebakaran hutan dan lahan menyebabkan 48,71 hektare lahan terbakar.

"Kalau kita melihat sebaran spasialnya, kejadian banjir paling dominan di tengah dan timur. Sedangkan di Indonesia tengah ke barat itu mulai dominan kebakaran hutan dan lahan," ujar dia.

Baca juga: Potensi bencana hidrometeorologi meningkat pada Juli-September

Baca juga: BNPB: Kejadian bencana karhutla terbanyak selama sepekan

Sehingga, jika dibandingkan dengan prakiraan cuaca dari BMKG dari belahan Indonesia tengah ke barat, harus mewaspadai hidrometeorologi kering, karena musim kering sudah mulai signifikan dan titik titik api mulai terpantau lebih banyak.

Tetapi, dari belahan Indonesia tengah ke timur ini masih akan berhadapan dengan hidrometeorologi basah. Sehingga, masyarakat pemerintah daerah di Indonesia bagian timur, tengah dan ke timur masih terus harus waspada mengamati prakiraan cuaca.

Jika terjadi hujan lebih dari 1 jam dengan intensitas tinggi dan intensitas tidak terlalu tinggi, tetapi durasi sangat panjang, juga harus menjadi kewaspadaan seluruh pihak.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022