Banda Aceh (ANTARA) - Belum selesai pandemi COVID-19 merenggut nyawa manusia, Indonesia sudah harus bergelut dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak kaki empat.

Mei 2022 menjadi awal kemunculan kasus ini di Indonesia. Hingga sekarang, hampir seluruh penjuru nusantara masih bergelut dengan upaya pencegahan, pengobatan, hingga pemusnahan ternak yang terinfeksi PMK.

Di Indonesia, hingga 30 Juli 2022, tercatat 447.190 ekor ternak terinfeksi wabah mematikan itu. Ternak ini tersebar di 22 provinsi di Tanah Air.

Umumnya yang terserang PMK adalah sapi, kerbau, domba, kambing hingga babi.

“Dalam riwayatnya, PMK memang menyerang hewan berkuku genap, belum ada laporan menyerang hewan selain sapi, kerbau, kambing, maupun babi,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh drh Teuku Reza Ferasyi M Sc PhD.

Di Provinsi Aceh, kasus PMK pertama terdeteksi di Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Besar pada 6 Mei 2022 lalu. Hingga sekarang puluhan ribu ternak sudah terinfeksi wabah itu. Sebagian besar telah dinyatakan sembuh, namun ada juga yang mati.

PMK menyerang ternak dan menjadi ancaman serius bagi petani. Pemerintah terus melakukan segala upaya menghalau laju penambahan kasus yang begitu masif.

Virus PMK dinilai memiliki kemampuan menular yang sama seperti COVID-19, yakni melalui udara ataupun secara tidak langsung melalui media yang terkontaminasi.

Hal tersebut juga yang membuat penyebaran kasus PMK begitu cepat, dalam waktu yang relatif singkat.

Penyakit mulut dan kuku memang harus menjadi perhatian khusus pemerintah. Penyebaran virus yang tidak terkendali akan mengakibatkan kerugian besar di tengah masyarakat.

Pemerintah di Aceh harus terus memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak agar wabah ini tidak semakin parah. Jika tidak, maka akan membutuhkan biaya penanganan yang semakin besar dan waktu semakin lama untuk mengendalikan kasus PMK.

Data puluhan ribu ternak Aceh terjangkit PMK dalam waktu singkat bukan sesuatu yang mengherankan.

Hal tersebut terjadi karena pemerintah belum berupaya maksimal dalam meningkatkan kekebalan tubuh ternak, pembatasan lalu lintas ternak hingga penutupan wilayah dan pasar hewan sebagai langkah cepat membendung laju penyebaran.

Tentu, di samping itu juga terus melakukan pembebasan kuman melalui desinfeksi, sekaligus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang upaya pencegahan agar ternak mereka bisa terhindar dari infeksi PMK.

Teuku Reza Ferasyi menilai tingkat kematian dari PMK cukup rendah, karena bisa segera diobati. Namun, ketika ternak terinfeksi, sehingga kondisinya tidak bisa bergerak dan makan, maka pada akhirnya akan mati juga.

Bahkan, ternak tersebut bisa membawa virus dalam waktu lama di tubuhnya, sehingga mereka disebut pembawa virus atau carrier.

“Kalau tidak berangsur sembuh maka semakin banyak virus yang keluarkan dan menyebar,” kata Teuku Reza Ferasyi.

Pakar menilai upaya tersebut masih harus terus berlanjut hingga wabah ini belum dinyatakan berakhir.

Baca juga: Aceh Besar bentuk pos penyekatan cegah PMK

Dokter hewan Dinas Pertanian dibantu peternak menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) tahap pertama untuk anak sapi di Desa Blang Mane, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (26/7/2022). (ANTARA FOTO/Ampelsa/rwa)

Vaksinasi

Virus PMK bukan kali pertama merebak di Indonesia. Pada tahun 1980-an kasus ini sudah pernah muncul. Kala itu, penanggulangan dilakukan melalui penutupan wilayah dan pasar, pemusnahan ternak, serta didukung dengan vaksinasi massal, hingga akhirnya Indonesia terbebas PMK.

Kepala Dinas Peternakan Aceh Zalsufran menyebut Aceh sudah mendapat 27.800 dosis vaksin PMK. Dosis tersebut telah didistribusikan ke kabupaten/kota di Tanah Rencong, sebagai upaya agar ternak-ternak terlindungi dari dari infeksi PMK.

“Sudah didistribusikan ke kabupaten/kota dan sudah dilakukan vaksinasi kepada ternak,” kata Zalsufran.

Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh, merupakan daerah dengan populasi ternak terendah. Namun, pemerintah kota menilai vaksinasi PMK tetap sesuatu yang sangat penting.

Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq mengatakan vaksinasi PMK merupakan tujuan preventif agar Banda Aceh dan sekitarnya terhindar dari penyakit tersebut.

Populasi sapi di Banda Aceh sekitar 1.066 ekor, 48 persen dari jumlah tersebut akan divaksinasi. Tahap pertama, pemerintah kota memvaksinasi sekitar 500 ekor ternak dan akan terus berlanjut.

Masyarakat diajak bersama-sama membawa ternaknya untuk divaksinasi untuk menjaga imunitas tubuh ternak agar tetap sehat dan terhindar dari wabah PMK.

Upaya preventif lebih baik agar sapi sehat, gemuk dan dijual dengan nilai ekonomis tinggi

Begitu juga dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Sebagai daerah pertama terdeteksi PMK, menganggap wabah ini jadi persoalan serius dan harus segera tertangani.

Total populasi sapi di Aceh Besar sebanyak 81.276 ekor, kerbau 12.536 ekor dan kambing 60.281 ekor. Penambahan kasus PMK di kabupaten ini pernah mencapai 100 ekor ternak per hari.

Hingga 30 Juli 2022, sebanyak 11.368 ekor ternak di daerah itu telah terinfeksi PMK dan 9.245 ekor di antaranya telah sembuh, 41 mati dan selebihnya masih terus mendapatkan penanganan dari pemerintah.

Pemerintah Aceh Besar menargetkan kasus PMK bisa mencapai nol kasus pada Agustus 2022.

Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto yakin target tersebut akan tercapai melalui ikhtiar bersama, terutama menyukseskan vaksinasi massal PMK bagi ternak.

Dalam dua pekan terakhir, angka kesembuhan PMK di Aceh Besar meningkat drastis yakni telah mencapai 85 persen. Sebanyak 1.350 ekor sapi juga telah divaksinasi tahap satu dan dua.

Aceh Besar mendapat kuota vaksin sebanyak 1.500 dosis dari Dinas Peternakan Aceh. Pihaknya terus berupaya agar ternak-ternak mendapatkan vaksin semakin banyak

Pemerintah menyasar ternak yang sehat dan belum terinfeksi wabah PMK sebagai target vaksinasi, agar ternak-ternak ini cepat terlindungi.

Sedangkan ternak yang sudah terkena PMK masih terus mendapatkan pengobatan dari dokter hewan, mulai dari pemberian vitamin, antibiotik, serta perawatan kesehatan hewan lainnya.

Tak hanya Aceh Besar dan Banda Aceh, kabupaten/kota lain di wilayah paling barat Indonesia itu juga melakukan hal yang sama sebagai ikhtiar menekan laju penambahan kasus baru melalui giat vaksinasi PMK.

Baca juga: Pemkab Nagan Raya Aceh sudah vaksin 144 ternak untuk cegah PMK

Personel Kepolisian Polres Aceh Barat menyemprotkan cairan Eco Enzyme untuk penanggulangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Desa Suak Ribe, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Rabu (20/7/2022). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww)

Edukasi

Satuan Tugas (Satgas) Bantuan Operasi Aman Nusa II terus melakukan sosialisasi masyarakat dalam meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya PMK bagi ternak.

Satgas Bantuan Operasi Aman Nusa II merupakan dukungan Polri dalam menangani wabah penyakit mulut dan kuku terhadap hewan ternak.

Satgas ini memiliki pasukan di setiap wilayah. Mereka terus mengedukasi kepada masyarakat, khususnya peternak terkait pencegahan PMK sehingga peternak bisa mengetahui hewan ternak terpapar atau tidak.

Masyarakat juga diimbau agar tidak melepas hewan ternak dan menjaga kebersihan kandang guna mencegah penularan serta penyebaran PMK.

Selain upaya pencegahan penularan dan penyebaran, Satgas Bantuan Operasi Aman Nusa II juga melakukan penanganan PMK bagi hewan ternak masyarakat.

Upaya penyembuhan dilakukan dengan memberi obat-obatan termasuk menyemprotkan disinfektan terhadap kandang. Upaya ini memberi hasil positif.

Satgas juga membuat posko penanganan PMK di kabupaten kota di seluruh Aceh. Selain posko, juga menyekat mobilisasi angkutan hewan ternak di perbatasan Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara.

Pemerintah terus berupaya dengan berbagai cara dalam melakukan penanggulangan wabah. Maka sudah seharusnya masyarakat ikut bergandengan tangan bersama pemerintah dalam menyukseskan vaksinasi PMK.*

Baca juga: 1.000 sapi di Aceh Utara divaksin cegah PMK

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022