Komitmen mengurangi emisi karbon sampai 29 persen sampai 2030 membuktikan Indonesia kian menyadari pentingnya bersegera memasifkan ekonomi berkelanjutan berbasis non-fosil ini.

Langkah cerdas demi masa depan

Keuangan berkelanjutan sendiri menjadi salah satu topik dari enam isu prioritas bidang keuangan yang diangkat Indonesia selama Presidensi G20.

Mayoritas anggota G20 cenderung semakin serius menggarap investasi hijau ini. Semestinya memang ada tekad bersama untuk mendorong bagi terus berkembangnya investasi hijau mengingat hal ini terkait erat dengan dunia yang terus terancam pemanasan global.

Dampak pemanasan global sendiri semakin mengerikan dari waktu ke waktu, mulai dari berubahnya pola tanam yang merusak proses ekonomi di banyak negara, sampai bencana yang kian dahsyat yang kian menghancurkan pencapaian-pencapaian umat manusia.

Selain itu, ada harapan besar dari dunia kepada G20 untuk lebih serius memajukan ekonomi hijau.

Program Lingkungan PBB (UNEP) misalnya, menyatakan G20 mesti berinvestasi 285 miliar dolar AS per tahun sampai 2050 agar bisa mengatasi krisis-krisis terkait iklim, biodiversitas dan degradasi alam.

Saat ini tingkat investasi per tahun G20 baru mencapai 120 miliar dolar AS. Yang memprihatinkan adalah investasi sektor swasta untuk ekonomi hijau ini masih kecil, hanya 11 persen pada 14 miliar dolar AS per tahun, padahal sektor swasta menyumbangkan 60 persen dari total PDB kebanyakan negara G20.

Presidensi G20 akan memberi kesempatan kepada Indonesia untuk mengangkat ketimpangan ini guna diperbaiki dengan mengajak dunia semakin intensif mengalokasikan dana untuk investasi berbasis alam, baik oleh pemerintah maupun swasta.

Memang akan berlangsung alot tetapi dunia tak bisa lagi lari dari keharusan menekan emisi akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Jika pada Presidensi G20 itu ada tekad ke arah upaya riil mewujudkan ekonomi hijau, maka itu akan menjadi bekal sangat berharga bagi Indonesia dalam memajukan ekonomi dan investasi hijau-nya sendiri. Selain itu, seperti disebut Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, “Indonesia dapat lebih cepat berkontribusi terhadap program nol emisi dunia."

Ada alasan sangat kuat Indonesia mesti menapaki jalan ekonomi hijau, yakni sifatnya yang dianggap sangat menguntungkan Indonesia.

Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), jalur pembangunan karbon rendah menuju nol emisi nol pada 2045 dapat membuat Produk Domestik Bruto tumbuh rata-rata 6 persen per tahun, membuka 15,3 juta lapangan kerja, dan membuat Indonesia menjadi tujuan utama investasi swasta hijau.

Argumentasi ini bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk mengajak dan meyakinkan G20 mengenai pentingnya segera beralih kepada ekonomi hijau.

Tren ekonomi hijau juga tak akan memudar, malah sebaliknya menguat. Fakta PBB menaksir angka kebutuhan investasi hijau global menunjukkan ekonomi hijau adalah keniscayaan yang tak bisa ditolak.

Bagi Indonesia sendiri, mempercepat transisi hijau bukan hanya langkah yang benar dalam melindungi umat manusia dan lingkungan, tetapi juga langkah cerdas dalam membangun ekonomi dan masa depan.


Baca juga: Bappenas sebut platform khusus dapat dukung investasi hijau
Baca juga: Anies terima pejabat Inggris jajaki investasi transportasi hijau

Copyright © ANTARA 2022