Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Agama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung Ustaz Suparman Abdul Karim mengatakan narasi kebencian dapat menimbulkan perpecahan bangsa .
Fenomena elite politik dan tokoh nasional yang justru terjerat pada kasus penyebaran narasi ujaran kebencian sangat disayangkan karena dapat berujung pada perpecahan di masyarakat, kata Suparman Abdul Karim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
"Ketika mereka memperjuangkan aspirasinya, keinginan, dan tujuan sesuai dengan aturan yang ada; maka itu di jalur yang benar. Tetapi ketika hal itu diperjuangkan dengan cara yang salah, menebar kebencian; maka ia tidak akan pernah mendapat kemenangan melainkan kehinaan," kata Suparman.
Ujaran kebencian merupakan ekspresi dari kebencian itu sendiri, katanya, termasuk penyakit hati yang sangat merusak pribadi. Jika terus dibiarkan, menurutnya, maka ujaran kebencian justru akan menjadi persoalan ketika diekspresikan secara liar, khususnya di media sosial.
"Ketika itu diekspresikan secara liar, di media sosial, dan direspons orang banyak; maka akan memengaruhi banyak orang. Yang pro akan terus menyebarkan kebencian, yang kontra akan memunculkan reaksi negatif terhadap kebencian yang disebarkan," jelasnya.
Baca juga: BNPT: Cegah radikalisme harus dari hulu hingga hilir
Dalam perspektif agama, katanya, membicarakan keburukan orang lain dosanya lebih kejam dari berzina. Sedangkan, ketika yang dibicarakan atau disampaikan tidak sesuai fakta, maka fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, sehingga dibutuhkan suatu gerakan hijrah dari narasi ujaran kebencian dan pemecah belah.
"Jadi kita harus berhenti dan mulai berhijrah. Karena sekali lagi, tidak akan mendapat kemenangan dan keberhasilan, kalau kita keluar daripada jalur yang ada (membuat ujaran kebencian)," kata Suparman.
Oleh karena itu, menurutnya, gerakan hijrah dari narasi ujaran kebencian yang memecah belah sudah harus segera dimulai. Mulai dari diri sendiri, tokoh publik, artis, tokoh agama, guru, hingga para mubaligh harus dapat memberikan contoh terbaik dengan tidak saling menjatuhkan, melainkan saling mendukung.
"Semua orang harus mulai, mulai diri sendiri, terutama public figure, artis, tokoh agama, guru, mubaligh, harus mulai itu semua. Jadi. hijrah dari narasi ujaran kebencian. Jadi, artinya ada kompetisi yang sehat, saling menasehati satu sama lain, bukan saling menjatuhkan satu sama lain," ujarnya.
Sebagai seorang tokoh publik, katanya, para pemimpin bangsa seharusnya sudah harus bisa menjadi teladan yang baik yang mampu memberikan contoh teladan dan mengayomi masyarakat.
Suparman berharap peran para tokoh agama dapat lebih ditonjolkan dan tegas dalam hal mengarahkan umat ke jalan yang benar, bukan justru menjadi provokator yang justru menjerumuskan umat kepada hal yang negatif.
Baca juga: BNPT tingkatkan nasionalisme lewat seni musik
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022