Jakarta (ANTARA) - Direktur Pusat Riset Energi Terbarukan Universitas Indonesia, Eko Adhi Setiawan mengatakan UMKM dapat mendorong masyarakat beralih ke penggunaan energi terbarukan guna mendukung kebijakan terkait transisi energi.
"Dengan adanya penghematan biaya akibat PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), lalu pemilik UMKM gembira dan berbicara ke masyarakat lain tentang energi terbarukan," kata Eko Adhi Setiawan saat webinar side event B20 Indonesia, Kamis.
Ia menambahkan, masyarakat di Indonesia jarang berdiskusi tantang energi terbarukan, dan biasanya yang berbicara secara intensif mengenai energi terbarukan baru di sejumlah kalangan tertentu seperti para elite seperti di kementerian terkait dan akademisi.
Untuk itu, ujar dia, dengan manfaat yang dirasakan UMKM yang menggunakan energi terbarukan seperti PLTS atap atau panel surya, diharapkan ke depannya juga bisa mendorong Indonesia dalam mewujudkan transisi energi untuk penggunaan energi terbarukan sepenuhnya di Tanah Air.
Selain itu, lanjutnya, dengan adanya semakin banyak diskusi antara kalangan masyarakat tentang energi terbarukan maka akan ada gerakan baru, sehingga tidak hanya mengandalkan regulasi seperti kebijakan perundang-undangan dalam mendorong penggunaan energi terbarukan ini, tetapi masyarakat lebih berperan sebagai kunci penting.
Dia juga menjelaskan target transisi energi bukan hanya mengganti energi fosil menjadi energi terbarukan, tapi juga sebagai bisnis dan pengembangan usaha.
Untuk itu dia berharap agar berbagai lembaga terkait dapat membantu UMKM dalam memasang dan mengelola secara sukarela untuk penggunaan energi terbarukan. "Perlu ada lembaga,bisa saja lembaga itu Kadin contohnya, yang berfungsi mengelola atau memasang (PLTS) untuk UMKM," katanya.
Baca juga: Kadin dorong UMKM dukung transisi energi dalam pertemuan Business 20
Ia mengemukakan, transisi energi atau energi terbarukan menjadi salah satu topik utama dalam presidensi G20 Indonesia tahun ini, sehingga energi terbarukan menjadi sektor prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.
Sebelumnya, Ketua Net Zero Hub Kadin Indonesia M. Yusrizki meminta dukungan regulasi kepada pemerintah untuk bisa turut mendorong transisi energi di sektor industri, khususnya terkait bidang ketenagalistrikan.
"Kami berharap ada opsi untuk membeli renewable energy (energi terbarukan), apakah power wheeling, apakah itu bisa direct investment, apakah itu dengan kita punya green tariff," katanya dalam CEO Breakfast Forum di Jakarta, Kamis (28/7).
Menurut Yusrizki, masih banyak kendala regulasi ketenagalistrikan bagi industri untuk bisa mendorong pengembangan EBT di dalam negeri.
Padahal upaya dekarbonisasi kelistrikan dilakukan sebagai tanggung jawab dunia usaha untuk mendukung pencapaian net zero emission pada 2060 atau lebih awal.
Di sisi lain, industri juga punya tantangan tersendiri untuk bisa mendorong transisi energi lantaran sektor tersebut masih didominasi oleh penggunaan energi fosil dalam operasionalnya.
Ia menyebut hanya sekitar 23 persen industri yang menggunakan energi dari listrik. Sementara sisanya, yakni sekitar 76 persen industri masih menggunakan energi dari batu bara dan bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: PLN dukung UMKM di Bali beralih ke energi bersih
Pewarta: Soni Namura
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022