Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Indef Iksan Modjo mengatakan, PT Pertamina selama ini terlalu sibuk mengurusi SPBU dan gas elpiji sehingga tidak sempat mengembangkan bisnisnya ke luar negeri sebagaimana dilakukan Petronas Malaysia dan PetroChina.

Oleh karena itu, Pertamina perlu didorong dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya agar bisa menjadi setidaknya "pemain" regional, kata Iksan dalam Diskusi Perspektif Indonesia mengenai Transformasi Pertamina di Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Senayan Jakarta, Jumat.

Dalam diskusi itu, pertanyaan muncul dari masyarakat mengenai kemajuan Petronas yang pesat dibanding Pertamina, padahal Petronas belajar dari Pertamina.

Dirut Pertamina Ari Soemarno menjelaskan, dengan kebebasan yang diberikan pemerintah Malaysia kepada Petronas untuk mengembangkan bisnisnya, maka jaringan bisnis Petronas melebihi langkah bisnis Pertamina.

"Petronas berbeda dengan Pertamina," katanya.

Selain itu, Petronas tidak menerima penugasan dalam bentuk public service obligation (PSO) dari pemerintah, sedangkan Pertamina menerima PSO dari pemerintah. Petronas juga ditopang kebebasan berbinis yang besar dari pemerintahnya.

Seluruh kekayaan alam, terutama Migas, malaysia diserahkan kepemilikan sekaligus pengelolannya kepada Petronas. Di Indoensia sesuai konstitusi, seluruh kekayaan alam menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah menunjuk operator pengelolaan, salah satunya kepada Pertamina dan kalangan swasta.

Artinya, Pertamina tidak sendiri mengelola kekayaan alam nasional.

Dengan penyertaan modal dari pemerintah,  maka pertamina wajib menyetor pendapatannya kepada pemerintah dan membayar pajak atas pendapatannya sekitar 60 persen. Sedangkan Petronas tidak ada kewajiban menyetor pendapatan atau keuntungan kepada pemerintah.

"Pertamina lebih banyak menerima fee. Petronas `kan tidak, mengelola bisnisnya sendiri dan tidak menyetor keutungan kepada pemerintah," katanya yang menambahkan, Petronas juga hanya wajib membayar pajak sekiar 30 persen.

Kebebasan berbisnis atau berinvestasi yang dimiliki Petronas juga berbeda dengan kebebasan yang dimiliki Pertamina. "Petronas bisa langsung mengembangkan bisnisnya secara langsung dengan dana atau keuntungan yang dimilikinya," katanya.

Dia mengemukakan, pengembangan bisnis Migas Pertamina masih tergantung pemegang saham.  Meski demikian, direksi Pertamina bertekad meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan bisnis BUMN ini lebih maju lagi.

Pertamina siap dengan infrastruktur pengembangan bisnis, terutama untuk penjualan BBM secara retail di dalam negeri. Bahkan untuk bisnis retail ini Pertamina siap bersaing dengan pemain lain, seperti Petronas dan Sheel.

"Pertamina memerlukan pembanding. Misalnya, dengan Shell, harga kita tidak jauh beda. Kita tidak anti pemain asing," katanya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009