"Irigasi yang paling efisien adalah irigasi tetes karena langsung mengenai sasaran. Efisiensinya mencapai 95 persen," kata Hendri dalam Webinar Riset dan Inovasi Teknologi Pengelolaan Air pada Berbagai Agro Ekosistem untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian yang diikuti virtual di Jakarta, Kamis.
Hendri menuturkan cakupan wilayah untuk aplikasi teknologi hemat air dengan irigasi tetes tersebut masih belum terlalu luas sampai saat ini di wilayah Indonesia. Ke depan, penggunaan teknologi irigasi hemat air dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing dan ketersediaan sumber daya air.
Teknologi irigasi hemat air yang sudah diimplementasikan adalah irigasi tetes dengan menggunakan drip dan stream line, irigasi curah dengan spray jet, impact dan big gun, serta irigasi leb dengan furrow dan penggenangan.
Baca juga: BRIN intensifkan pengembangan teknologi rendah karbon
Ia mengatakan irigasi curah memiliki efisiensi sebesar 80-90 persen, sedangkan irigasi leb mempunyai efisiensi sebesar 60-70 persen.
Penggunaan teknologi irigasi bergantung dari kondisi wilayah pertanian, jenis dan karakteristik sumber air, dan ketersediaan air. Untuk padi lahan kering, irigasi curah cukup efektif selain menghemat air juga dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dalam implementasi teknologi irigasi hemat air, ada tiga hal yang diperhatikan yakni pemberian irigasi dengan jumlah air yang sama dapat meningkatkan produksi pertanian.
Kemudian, irigasi dengan jumlah air lebih sedikit dapat menyebabkan produksi pertanian sama atau lebih tinggi. Selain itu, irigasi hemat air juga memperhitungkan antara produksi (kg/ha) dan volume air yang digunakan untuk menghasilkan panen yang meningkat.
Baca juga: BRIN terus kembangkan riset energi baru terbarukan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022