Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Rajasa menyatakan secara kuantitatif sekitar 5.000 petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menumpuk di berbagai lokasi akibat mogoknya angkutan barang hari ini (20/3). "Secara kuantitatif sebesar itu, tetapi kualitatif perekonomian kita terganggu," kata Hatta menjawab pers usai pertemuan singkat dengan pihak terkait di Tanjung Priok, Jakarta, Senin. Sejak hari ini (20/3) angkutan barang khusus pelabuhan (angsuspel) anggota Organda, secara serempak stop operasi di empat pelabuhan utama yakni Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Emas (Semarang), Tanjung Perak (Surabaya) dan Belawan (Medan). Stop operasi itu merupakan protes agar KM Menteri Keuangan No.527/KMK.03/2003 tentang Jasa di Bidang Angkutan Umum di Darat dan Air yang tidak dikenai PPN dicabut atau dibatalkan karena dinilai makin memberatkan pengusaha angkutan. Hatta yakin, DPP Organda masih memiliki rasa cinta kepada bangsa ini, sehingga hal itu tidak akan lama karena dampaknya sangat luar biasa. "Yang terganggu tidak hanya angkutan itu sendiri, tetapi di pelabuhan, buruh bongkar muat terhenti, muatan pelayaran juga kosong dan proses ekspor-impor terganggu dan dampak ikutan lainnya," kata Hatta. Oleh karena dia berharap agar masalah itu ada solusi secepatnya. "Kalau sampai dua hari itu kelamaan. Kami masih membuka dialog selebar-lebarnya," kata Hatta. Hatta juga mengaku DPP Organda setelah bertemu pemerintah pada Jumat pagi (17/3), hingga saat ini belum lagi digelar pertemuan yang melibatkan mereka. "Organda menolak hadir dalam beberapa pertemuan yang kita undang, hingga pagi ini (20/3)," kata Hatta. Sementara itu, Asisten Manager Pelayanan Pelanggan dan Humas PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Hambar Wiyadi mengaku, meski stop operasi, pelayanan kapal dan bongkar masih tetap dilayani. "Yang terganggu itu adalah distribusi masuk dan keluar pelabuhan, sedang kegiatan bongkar muat dan distribusi komoditas seperti CPO, Semen dan klinker (bahan baku semen) serta hewan (sapi) di terminal konvensional tetap lancar," kata Hambar. Yang dirugikan, katanya, adalah potensi pemasukan dari pas pelabuhan, khususnya dari angkutan barang yang per hari mencapai sekitar Rp30 juta. Hanya saja, kapasitas loading dan tempat penyimpanan di Pelabuhan Priok hanya bertahan untuk 3-4 hari dan jika mogok lebih dari itu, maka distribusi dan aktivitas pelabuhan secara menyeluruh akan terhenti total. PenghadanganSementara itu, pantauan ANTARA sejak pagi di beberapa titik bongkar muat barang seperti di Pelabuhan Petikemas Koja, Terminal JICT (Jakarta International Container Terminal) dan Multi Terminal Indonesia (MTI), Terminal Mustika Alam Lestari dan Terminal Konvensional relatif sepi dibanding hari biasa. Sekitar pukul 10.00 hingga 13.00 dan sampai berita ini ditulis suasana di beberapa titik seperti di perempatan Terminal JICT dekat pintu gerbang masuk, tampak sepi dari lalu lintas truk-truk kontainer 20 dan 40 feet yang biasanya lalu lalang. Sementara di kanan kiri jalan di perempatan depan JICT itu, tampak puluhan sopir truk yang berkaos hitam bertuliskan "Stop Operasi" dan "Sudah dipungli kena PPN lagi" sejak pagi sudah dalam posisi santai dan bersiaga di kawasan itu. Sambil sesekali meneriakkan yel-yel pencabutan PPN, mereka dengan awas mengamati truk kontainer yang sesekali lewat untuk dicek apakah melakukan pemuatan atau tidak. Bahkan, sekitar pukul 10.30 WIB, ketika ada satu truk kontainer akan masuk ke kawasan Terminal JICT, kontan dihadang oleh mereka dan diminta kembali ke pangkalan asal. Salah satu sopir truk dari PT Aditia yang memiliki 23 unit armada truk 20 dan 40 feet ini, anggota Organda, Satar mengaku, dirinya diperintahkan oleh pimpinan perusahaan untuk stop operasi hari ini (20/3). Satar mengaku dengan stop operasi ini sebenarnya dirugikan tetapi demi kepentingan bersama hal itu terpaksa dilakukan. "Kalau soal berapa PPN yang rata-rata harus dikeluarkan untuk negara, saya tidak tahu, itu urusan bos," ungkapnya. Sementara itu, salah satu koordinator lapangan aksi itu, Arief B dari PT Sabindo yang memiliki 19 armada truk ini mengaku pihaknya diperintahkan untuk stop operasi oleh manajemen. Pantauan di lapangan menunjukkan, mereka menggunakan "pengamanan" aksi berlapis yakni ring satu dan ring dua. Untuk ring satu mereka menghimbau angkutan kontainer yang baru keluar dari tempat penampungan sementara untuk tidak melanjutkan perjalanan ke terminal. Ring 2 (dua) di sekitar pintu masuk terminal. Mereka akan menghalau dan melarang truk kontainer untuk memasuki terminal dengan agak keras. Akibatnya, beberapa truk kontainer yang keluar dari beberapa tempat penampungan sementara di Jalan Raya Cakung Cilincing, sempat dihadang oleh para supir yang stop operasi itu. Kemudian, mereka bisa jalan karena didapat keterangan kontainer yang dibawa kosong. "Mereka akan istirahat ke lokasi asal dan peti kemasnya kosong, bukan ke masuk ke pelabuhan," kata Arief. (*)

Copyright © ANTARA 2006