Kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral GCC terus menunjukkan komitmen terhadap mata uang regional yang dipatok terhadap dolar AS,

Dubai (ANTARA) - Sebagian besar bank sentral Teluk menaikkan suku bunga utama mereka sebesar tiga perempat poin persentase pada Rabu (27/7/2022), bergerak bersama Federal Reserve AS karena mata uang mereka dipatok terhadap dolar.

Bank Sentral Kuwait, satu-satunya dari enam negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang mengikat mata uangnya ke keranjang mata uang bukan hanya dolar, menaikkan suku bunga diskonto utamanya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,5 persen.

Bank sentral Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain semuanya menaikkan suku bunga utama mereka masing-masing sebesar 75 basis poin menjadi 3,0 persen, 3,75 persen, 3,0 persen dan 3,25 persen.

Baca juga: Bank sentral Hong Kong naikkan suku bunga setelah kenaikan Fed

"Kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral GCC terus menunjukkan komitmen terhadap mata uang regional yang dipatok terhadap dolar AS," kata Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank, menambahkan keranjang mata uang Kuwait memberinya lebih banyak fleksibilitas moneter.

Kenaikan Fed datang di puncak kenaikan 75 basis poin bulan lalu - terbesar sejak 1994 - dan pergerakan yang lebih kecil pada Mei dan Maret, karena memerangi memerangi penembusan inflasi tingkat 1980-an.

Bank Sentral Saudi kembali bergerak secara paralel dengan The Fed setelah menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu, menyimpang dari langkah Fed karena menghadapi inflasi yang lebih rendah daripada negara-negara Teluk lainnya.

"Inflasi di kawasan ini lebih rendah daripada di AS sehingga pengetatan moneter yang sama besarnya tidak diperlukan di kawasan itu. Hal ini terutama berlaku untuk negara-negara GCC yang memberlakukan pembatasan harga bahan bakar," kata Malik.

Baca juga: Bank-bank besar AS naikkan suku bunga pinjaman setelah kenaikan Fed

Bank sentral Uni Emirat Arab, satu-satunya negara GCC yang tidak memiliki batasan harga bahan bakar, mengatakan bulan ini pihaknya memperkirakan inflasi sebesar 5,6 persen untuk tahun 2022.

Bank Sentral Oman, negara GCC yang tersisa, secara luas diperkirakan akan mengikuti langkah serupa.

"Perkiraan kami sudah mengasumsikan beberapa hambatan untuk kegiatan ekonomi non-minyak dan permintaan kredit di GCC dari laju cepat kenaikan suku bunga dalam siklus ini, terutama karena mereka membangun secara kumulatif," kata Malik.

"Namun, kami melihat rencana pembangunan utama terus menopang kegiatan ekonomi."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022