Jakarta (ANTARA) - Rupee Pakistan menyentuh level terendah sepanjang masa terhadap dolar AS pada Senin (25/7) dalam intraday trading di pasar antarbank, demikian diungkapkan State Bank of Pakistan (SBP).
Dalam intraday trading, rupee jatuh ke level 232, namun ditutup pada level 229,88, kehilangan 0,66 persen terhadap dolar AS, menurut data yang dirilis oleh SBP, seraya menambahkan bahwa rupee ditutup pada level 228,37 Jumat (22/7) pekan lalu.
Menurut pakar ekonomi negara itu, dampak politik, cadangan devisa yang rendah, tagihan impor yang tinggi, serta keterlambatan dalam rilis pembayaran dana senilai lebih dari 1 miliar dolar AS yang krusial dari Dana Moneter Internasional (IMF) kepada Islamabad dan faktor-faktor global lainnya menjadi penyebab utama atas melemahnya rupee Pakistan.
Sejak Desember 2021, rupee Pakistan telah terdepresiasi sebesar 18 persen, dan 12 persen di antaranya dampak dari penguatan dolar AS secara global, ujar Wakil Gubernur SBP Inayat Hussain.
"Faktor-faktor domestik juga berperan. Kami berharap kesenjangan permintaan-penawaran segera menyempit," tutur pejabat SBP tersebut pada Minggu (24/7).
Saat berbicara kepada media lokal pada Senin, Menteri Keuangan dan Pendapatan Federal Pakistan Miftah Ismail menyatakan keyakinannya bahwa tekanan pada rupee akan segera berkurang, seraya mengatakan pemerintah mampu memangkas impor yang telah membantu negara tersebut menghemat devisa.
"Pakistan saat ini berada pada posisi di mana impor barunya lebih kecil dari ekspor dan remitansi," kata Ismail.
Pakistan diperkirakan akan menerima tranche berikutnya dari IMF pada akhir bulan depan. Negara tersebut diperkirakan juga akan menerima dana senilai 4 miliar hingga 5 miliar dolar AS dari negara-negara sahabat bersama dengan investasi langsung di negara itu, tambah sang menteri.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022