Jakarta (ANTARA) - Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA tidak hanya menyediakan masyarakat udara bersih saat berolahraga ataupun ruang bermain anak yang ramah dan menyenangkan. Namun, RPTRA kini memiliki fungsi lain, yakni menjadi ruang untuk membudidayakan ikan lele.

"Kolam gizi", begitulah namanya merupakan sebuah program yang didukung oleh Pemerintah Kota Jakarta Barat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di level masyarakat.

Baca juga: Pemkot Jakbar: "Kolam gizi" untuk wujudkan ketahanan pangan publik

Tidak hanya itu, kolam gizi ini juga bertujuan untuk menekan angka stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya akibat masalah gizi kronis.

Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pangan (Sudin KPKP) Kota Administrasi Jakarta Barat Novy Christine Palit mengatakan bahwa Pemerintah Kota Jakarta Barat memberikan dukungan terhadap kolam gizi RPTRA melalui pemberian benih atau bibit ikan.

Terkait hal ini, RPTRA mengajukan permohonan benih ikan kepada Sudin KPKP, kemudian instansi tersebut akan memintakan kepada dinas untuk bantuannya karena nanti ada UPT-nya yang ikut melakukan pembudidayaan.

Pengelola RPTRA memiliki peran dalam melakukan menerima benih dan membudidayakan, kemudian menghasilkan atau panen lalu dikonsumsi masyarakat.

Kolam gizi Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA Kecapi 72 di Jakarta Barat. Kolam gizi merupakan program ketahanan pangan dan menekan angka stunting di tingkat masyarakat. ANTARA/Aji Cakti

Berdayakan RPTRA

Sejumlah wanita terlihat bercengkerama ketika ANTARA menyambangi RPTRA Smart Meruya Utara Jakarta Barat. RPTRA dengan luas 5.500 meter persegi ini memiliki kolam gizi yang membudidayakan ikan lele.

Pengelola RPTRA bernama Yana menjelaskan bahwa kolam gizi selama ini memberdayakan RPTRA untuk melakukan budidaya ikan lele dan ketika telah panen akan dijual kepada pengunjung atau masyarakat di sekitar RPTRA.

Pada umumnya, mereka yang membeli adalah masyarakat sekitar RPTRA ataupun pengunjung yang sedang mengikuti kegiatan senam di fasilitas publik tersebut. Hasil penjualan ikan lele dari kolam gizi itu nantinya akan digunakan kembali untuk membeli benih ikan.

Selain ikan lele, kolam gizi yang berada di RPTRA juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan budidaya ikan-ikan lainnya seperti ikan nila dan ikan mas. Kolam gizi di RPTRA Smart ini juga sudah menghasilkan panen sebanyak dua kali.

Baca juga: Sandiaga dan warga panen 300 kilogram lele di Cakung

Hasil panen ikan ternak lele yang diperoleh cukup banyak, RPTRA Smart mengungkapkan panen kolam gizi bisa menghasilkan sekitar 5 kilogram. Hal ini didukung oleh pertumbuhan cepat ikan lele dari benih hingga menjadi ikan yang siap dipanen.

Pengelola RPTRA Smart juga mengakui bahwa perawatan kolam gizi ikan lele tidaklah sulit. Mereka hanya perlu menguras air kolam, mengganti airnya, kemudian memberikan makan kepada ikan hingga kolam gizi tersebut menghasilkan panen.

RPTRA Smart, sebagaimana RPTRA di Jakarta Barat pada umumnya memiliki kebun hidroponik. Pengelolaan kolam gizi dan kebon hidroponik ini dilakukan oleh enam orang pengelola secara bergantian atau shift.

Yana mengakui bahwa sebelumnya RPTRA Smart Meruya Utara tidak ada yang mengelola, namun sejak kehadiran kolam gizi ikan lele ditambah lagi dengan adanya fasilitas kebon hidroponik membuat RPTRA menjadi semakin berguna dan memberikan kontribusi bagi masyarakat di sekitarnya.

Pengelola Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA Mahkota, Meruya Selatan, Jakarta Barat mengawasi ikan lele yang dibudidayakan di kolam gizi. ANTARA/Aji Cakti

Edukasi publik

Tidak hanya RPTRA Smart Meruya Utara, RPTRA Kecapi 72 yang berada di Jalan Kecapi II, Jakarta Barat juga memiliki kolam gizi yang melakukan budidaya ikan lele.

Pengelola RPTRA ini, Reza menuturkan pada intinya kolam gizi RPTRA bukan soal panen atau hasil penjualannya, kolam gizi ini memiliki tujuan edukasi kepada masyarakat.

“Kita bisa memberikan pelajaran kepada warga bahwa di tengah-tengah kota yang padat seperti Jakarta, kita bisa melakukan ternak lele,” katanya.

Kehadiran kolam gizi di RPTRA mendorong dan mengubah pandangan masyarakat terhadap budidaya ikan lele. Hanya dengan bermodalkan lahan seadanya, masyarakat bisa beternak lele di rumahnya masing-masing.

Baca juga: Hati-hati ikan lele bisa memakan motor bahkan rumah

Masyarakat menjadi tertarik untuk mendatangi kolam gizi di RPTRA. Mereka tertarik untuk mempelajari bagaimana caranya beternak lele di tengah kota dengan bertanya-tanya kepada pengelola RPTRA.

Sementara itu pengelola RPTRA Mahkota di Meruya Selatan, yakni Amar mengatakan bahwa pihaknya juga suka memberikan edukasi mengenai ternak lele di tengah kota kepada para pengunjung.

Pengunjung yang datang bersama anak-anaknya suka bertanya bagaimana caranya bisa membudidayakan ikan lele di lahan yang sangat terbatas namun dengan hasil panen yang cukup banyak.

Pengelola RPTRA sangat berharap kehadiran kolam gizi dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat sekaligus juga membuat masyarakat antusias untuk ikut serta dalam melakukan panen ikan.

Pengelola Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA Smart, Meruya Utara, Jakarta Barat memberi makan ikan lele yang dibudidayakan di kolam gizi. ANTARA/Aji Cakti

Ternak lele di kota

Jika diamati rasanya tidak sulit untuk beternak ikan lele di tengah kota yang memiliki lahan yang terbatas. Masyarakat sebetulnya hanya perlu memiliki modal tempat dan dana untuk membeli benih serta makanan ikan.

Untuk tempat, masyarakat hanya membutuhkan tempat sederhana terpal atau bak di pekarangan atau ruang belakang untuk digunakan sebagai kolam lele sederhana.

Jika memiliki ruang atau lahan lebih di rumah, masyarakat juga bisa membangun kolam lele dengan standar kolam gizi yang berada di RPTRA. Selain permanen dan kuat, kolam lele berstandar kolam gizi RPTRA juga memiliki keunggulan dalam menjaga suhu air untuk ternak lele.

Selain tempat, beternak ikan lele juga bisa dianggap menguntungkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan lele yang berlangsung sangat cepat dibandingkan ikan lainnya. Panen lele bisa terjadi cukup banyak dibandingkan panen ikan lainnya.

Baca juga: Sandiaga Uno dorong masyarakat maksimalkan program juragan lele lalap

Hanya saja beternak ikan lele juga memiliki tantangan tersendiri. Masyarakat yang ingin beternak ikan lele harus secara rutin dan teratur memberikan makan kepada lele. Jika memberikan makan kepada ikan lele pada pagi dan sore hari di jam yang sama, maka pola tersebut harus tetap dilakukan terus menerus secara terjadwal.

Tantangan lainnya adalah sifat ikan lele yang kanibal dan karnivora. Pertumbuhan ikan lele satu dengan lainnya walaupun cepat, namun tidak seimbang. Akan ada ikan lele yang tumbuh sangat cepat dan besar sehingga mampu memangsa ikan lele yang lebih kecil dalam kolam sama.

Tentunya masyarakat yang ingin beternak ikan lele perlu memperhatikan tantangan-tantangan ini jika ingin memiliki hasil panen yang banyak dari kolam sederhananya.

Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022