Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman yang juga merupakan Koordinator Balai Pengelola Observatorium Nasional (BPON) Kupang mengatakan fenomena langka Komet C/2017 K2 (PanSTARRS) atau K2 sedang melintasi Bumi dan tidak berdampak apapun.
"Komet ini melintas terdekat dengan Bumi pada 13 Juli 2022 pada jarak sekitar dua kali jarak Bumi ke Matahari. Saat ini K2 sedang menuju jarak terdekatnya ke Matahari yang diperkirakan terjadi pada Desember tahun ini," kata Abdul dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Fenomena benda langit seperti komet melintasi planet bumi tidak dapat disaksikan setiap saat, namun butuh waktu yang lama, bahkan bisa berpuluh-puluh tahun.
Baca juga: BRIN dan Universitas Dr Soetomo kerja sama pemetaan foto udara
Komet K2 melintasi Bumi pada jarak lebih dari 270 juta kilometer sehingga tidak berdampak apapun ke Bumi. Karena melintasnya cukup jauh dari Bumi yakni sekitar dua kali jarak Matahari-Bumi, maka tidak menimbulkan efek negatif.
K2 menampilkan ekor debu dan ekor gas saat melintas dengan jarak paling dekat dengan Bumi. Semakin dekat ke Matahari, ekor gas akan terlihat semakin jelas.
Saat melintas dekat Bumi, K2 hanya bisa dilihat jika memakai teleskop apalagi karena saat itu bertepatan dengan bulan purnama. Akan tetapi seiring makin dekatnya komet tersebut dengan Matahari maka K2 akan bisa dilihat dengan binokular.
Oleh karenanya, Abdul menuturkan seluruh daerah di permukaan bumi berkesempatan untuk melihat komet tersebut pada malam hari yang cerah.
"Kita bisa mengamati K2 beberapa bulan terutama saat komet itu melintas dekat Bumi, dalam perjalanannya menuju titik terdekatnya dengan Matahari, dan hingga beberapa bulan setelah itu," ujarnya.
Karena termasuk dalam golongan komet non-periodik, K2 tidak rutin melintas dekat Bumi seperti komet-komet periodik misalnya Komet Halley yang periodenya sekitar 83 tahun, sehingga tidak diketahui kapan komet K2 akan melintas di dekat Bumi lagi.
Komet Komet C/2017 K2 diduga berasal dari suatu lokasi di bagian luar tata surya yang dinamakan Awan Oort.
Inisial C dari komet tersebut bertipe non-periodik, angka 2017 menunjukkan tahun penemuan komet, dan kombinasi huruf dan angka K2 menunjukkan urutan ditemukannya pada tahun 2017.
Abdul mengatakan K2 ditemukan oleh sistem pemantau komet bernama Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System (PanSTARRS) yang berlokasi di Hawaii pada 21 Mei 2017.
Pengamatan Komet K2 di BPON dilakukan di Kantor Operasional dan Pusat Sains di Desa Oelnasi selama beberapa hari sejak 13 Juli hingga 16 Juli 2022.
Dalam setiap hari pengamatan, dilakukan akuisisi hingga beberapa jam. Data yang terkumpul selain bisa dianalisis untuk keperluan riset, bisa juga digunakan untuk Astrofotografi.
"Untuk pengamatan digunakan teleskop yang memakai cermin berukuran 25 cm dan detektor CCD yang dilengkapi dengan beberapa buah filter warna," tuturnya.
Baca juga: Sestama BRIN: G20 perkuat kontribusi perempuan untuk pembangunan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022