Bojonegoro (ANTARA News) - Warga di Bojonegoro, Jatim, agar berjaga-jaga dan meningkatkan kewaspadaan, terkait akan adanya rombongan pengunjukrasa dari Jateng yang bergerak ke arah Bojonegoro dengan maksud menggagalkan "Joint Operating Agreement" (JOA) Blok Cepu yang sudah disepakati. "Saya minta, kita semua waspada, karena disinyalir ada pendemo yang bergerak ke arah sini. Jadi kami minta semuanya waspada," ungkap Bupati Bojonegoro, H.M Santoso, dihadapan sekitar 400 anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin di Aula Salon Yuri Bojonegoro, Minggu. Selama ini warga Bojonegoro tidak pernah menganggu warga di luar daerahnya, meskipun mereka kaya. "Kalau mereka beda pendapat silahkan, tetapi ditempat lain jangan masuk Bojonegoro," ucapnya dengan nada tinggi. Seusai menghadiri acara yang digelar Kapolres Bojonegoro, AKBP Herri Wibowo, kepada wartawan Santoso menyatakan dirinya sudah mengintruksikan aparat untuk berkoordinasi dengan ulama dan umaro di daerah, sehingga kondisi yang kondusif bisa tetap terjaga. "Bangsa yang besar akan patuh dan menghargai keputusan," tuturnya seraya menambahkan dengan sudah ditandatanganinya JOA, kalau terjadi sesuatu dan harus terganjal akan mengurangi kredibilitas bangsa. Di lain pihak, bila Migas Blok Cepu tidak dilaksanakan sesuai keputusan dan kesepakatan berbagai pihak terkait, maka pengentasan kemiskinan masyarakat Bojonegoro juga akan terhambat Mengantisipasi aksi demo yang berdatangan dari luar daerah, menuju Blok Cepu, Santoso mengharapkan kedatangan mereka tidak akan sampai menimbulkan kerusuhan. Bupati dengan jajaran dan instansi terkait, siang ini langsung melakukan rapat mendadak. "Ya kita minta kalau masyarakat ingin bersyukur di seluruh tempatnya masing-masing dipersilahkan," ujarnya. Serbu Jakarta Sementara itu, Ketua LSM Forum Masyarakat Banyuurip, Jambaran, Kecamatan Ngasem, Parmani, mengemukakan sekitar 100 warga di sekitar sumur Migas Blok Cepu di Ngasem dan Kalitidu dengan menggunakan dua unit bus berangkat ke Jakarta. Agendanya, kata Karmani, mereka akan bertemu dengan anggota Komisi VII DPR, untuk menyalurkan aspirasinya bahwa komitmen JOA harus tetap dipertahankan. "Siapapun operatornya, bagi masyarakat di sekitar Ngasem-Kalitidu tidak mempermasalahkan. Yang penting Migas segera dieksploitasi," ungkap Parmani. AKBP Herri Wibowo menyatakan dalam upaya mengamankan aksi demo yang datang dari Jateng pihaknya telah mengerahkan 2 SSK (sekitar 180 personel) yang ditempatkan di lokasi sumur Migas. Dua SSK lainnya di daerah perbatasan di Kecamatan Padangan dan dua SSK dari Polwil Bojonegoro. "Kita terus mengantisipasi dengan mengikuti perkembangan perjalanan para pendemo," tutur Herri Wibowo. (*)
Copyright © ANTARA 2006