Pasar-pasar berisiko jelas diperkirakan menghadapi beberapa jenis perlambatan, tetapi apakah mereka perkirakan untuk resesi langsung? Saya berpendapat tidak
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia tergelincir pada perdagangan Senin pagi, mundur dari tertinggi lebih dari tiga minggu karena kekhawatiran tentang penurunan ekonomi global melemahkan selera risiko investor.

Imbal hasil obligasi melemah di tengah taruhan bahwa resesi AS akan memperlambat kampanye pengetatan agresif Federal Reserve, dengan pasar mencari petunjuk kebijakan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dua hari yang dimulai pada Selasa (26/7).

Pada saat yang sama, dolar membangun pemulihannya dari level terendah 2,5 minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, didukung oleh permintaan mata uang AS sebagai tempat berlindung yang aman.

"Pasar-pasar berisiko jelas diperkirakan menghadapi beberapa jenis perlambatan, tetapi apakah mereka perkirakan untuk resesi langsung? Saya berpendapat tidak," kata Ray Attrill, kepala strategi mata uang di National Australia Bank.

"Dalam hal itu, sulit untuk mengatakan bahwa kami telah mencapai titik terendah sejauh menyangkut sentimen risiko."

Indeks Nikkei Jepang mundur 0,75 persen, sementara indeks saham unggulan China CSI300 turun 0,13 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,45 persen dengan indeks teknologinya jatuh 1,51 persen.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,62 persen menjadi 158,68, setelah menyentuh level tertinggi sejak 29 Juni di 160,03 pada Jumat (22/7).

Indeks S&P 500 berjangka turun tipis 0,09 persen, menunjuk ke perpanjangan penurunan 0,93 persen pada Jumat (22/7), ketika sebuah survei menunjukkan aktivitas bisnis berkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun di tengah inflasi yang terus memanas dan kenaikan suku bunga yang cepat.

Pada Jumat (22/7) pagi, data juga menunjukkan aktivitas bisnis zona euro secara tak terduga menyusut.

Nasdaq berjangka turun 0,04 persen, setelah indeks saham teknologi itu jatuh 1,77 persen terseret penurunan tajam Snap Inc setelah pemilik Snapchat membukukan pertumbuhan penjualan terlemah yang pernah ada.

Investor minggu ini waspada untuk seberapa kuat dolar akan merugikan hasil keuangan dari Apple dan Microsoft, antara lain.

Indeks dolar - yang mengukur mata uang safe-haven terhadap enam mata uang utama lainnya - naik tipis 0,1 persen menjadi 106,81, menguat lebih jauh dari level terendah 2,5 minggu di 106,10 yang dicapai Jumat (22/7).

Greenback bertambah 0,29 persen menjadi 136,485 yen, sementara euro tergelincir 0,24 persen menjadi 1,01875 dolar.

Imbal hasil obligasi AS 10-tahun sedikit berubah pada 2,79 persen setelah meluncur dari setinggi 3,083 persen selama dua sesi sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang yang setara turun ke level terendah sejak 14 Maret di 0,19 persen, dan imbal hasil Australia turun ke level terendah sejak 31 Mei di 3,285 persen.

The Fed akan mengakhiri pertemuan dua hari pada Rabu (27/7) dan pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin, dengan sekitar sembilan persen peluang kenaikan satu poin persentase penuh.

Dalam komoditas, minyak mentah Brent naik 0,15 persen atau 15 sen AS menjadi diperdagangkan di 103,35 dolar AS per barel. Minyak WTI diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada 94,75 dolar AS per barel.

Emas tergelincir 0,14 persen menjadi diperdagangkan di 1.724,05 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham global sedikit menguat, aktivitas bisnis lemah pukul euro

Baca juga: Saham melemah, dipicu aliran gas Rusia angkat euro

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022