Brebes (ANTARA News) - Manteri Agama Maftuh Basyuni mewakili Presien, Sabtu, membuka Musabaqoh Tilawatul Qur`an (MTQ) V antar Pondok Pesantren se-Indonesia di Pondok Pesantren Al Hikmah di Kecamatan Bumi Ayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. "Kegiatan MTQ saya harapkan agar dapat meningkatkan kualitas keagamaan dan bermanfaat bagi bangsa, serta tidak jadi sekedar seremonial yang kehilangan makna," kata Menag di depan ratusan ulama dan santri serta dihadiri juga oleh Gubernur Jawa Tengah Mardyanto. Menag juga membantah, pemerintah tidak pernah bermaksud membatasi kegiatan MTQ dengan mengurangi kegiatan Seleksi Tilawatul Quran (STQ), tetapi justru ingin membuat kegiatan semacam MTQ lebih bermanfaat dan jauh dari hura-hura. Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi meminta perhatian pemerintah lebih banyak terhadap perkembangan keagamaan di Indonesia setelah selama ini dibiarkan tumbuh sendiri tanpa dukungan. Selain MTQ yang berlangsung hingga 20 Maret itu, di tempat yang sama juga dibuka Musyawarah Nasional III Jam`iyatul Qurrawal Huffazh (Kumpulan Pembaca Quran dan Penghafal QuranB -red). "Para penghafal Al Quran dalam Jam`iyatul Qurrawal Huffazh, agar bukan dibantu dana, tetapi memasukkan dalam agenda negara lalu dibiayai. Andai dana untuk membangun Islamic Centre saja Rp300 miliar itu dibagi-bagi ke pesantren masing-masing Rp1 miliar, maka pesantren bisa maju," katanya. Sebelumnya, Hasyim mengatakan, Indonesia adalah negara terbesar memiliki orang-orang yang hafidz (hafal) Quran mencapai lebih dari 10 ribu orang, yang hampir seluruhnya tergabung dalam organisasi Jam`iyatul Qurrawal Huffazh. Namun, ujarnya, berbeda dengan pihak yang mencoba mencari-cari cacat Quran dan pihak yang mempolitisasi isi Quran, keberadaan para pemelihara Quran itu tidak banyak diberdayakan. MTQ tersebut dikuti oleh 750 santri dari berbagai Ponpes dari seluruh Indonesia yang berlomba pada tiga cabang yakni tilawah, tahfidz dan tafsir Quran bagi dewasa, remaja, serta anak putera dan puteri. Pondok Pesantren Al Hikmah yang berdiri sejak 1911 dan menjadi salah satu wadah pengobar perjuangan melawan kolonial itu, kini telah berdiri di atas lahan seluas enam hektar dengan sejumlah bangunan yang memadai bagi sekitar 5.000 santri yang mondok. Dari sebuah pesantren salafi kecil Al Hikmah yang kini dipimpin oleh KH Masruri Abdul Mughni itu, memiliki Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi Ma`had Aly dan Akademi Keperawatan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006