Magelang (ANTARA) - Festival "Tresno Wayang Dolanan" yang digelar di Balai Ekonomi Desa Candirejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk menyambut Hari Anak Nasional 2022.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Sjamsul Hadi di Magelang, Jumat mengatakan, festival ini diselenggarakan dalam rangka pelestarian nilai-nilai kearifan yang sebenarnya sudah ada di masyarakat.
"Memang kegiatan ini kami sengaja hadirkan untuk anak-anak guna menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2022," katanya.
Baca juga: Menko Airlangga dorong optimalisasi pertumbuhan industri kreatif RI
Ia menyampaikan, melalui sebuah gerakan yang sederhana ini, membuat wayang yang mudah dan bahannya bisa dicari di lingkungan anak-anak bermain dengan menciptakan sebuah karya wayang yang sekaligus juga bisa bercerita tentang wayang sesuai dengan alam pikiran anak-anak.
Menurut dia, kegiatan ini sebagai upaya untuk mengangkat wayang sebagai sebuah warisan budaya nasional dan juga warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Baca juga: Warga Jepang di Yamanashi antusias saksikan wayang, gamelan
Sjamsul menuturkan, melalui program pemajuan kebudayaan di kawasan Borobudur ini melibatkan 20 desa yang sudah dirintis sejak tahun 2021.
"Pertama dilakukan penguatan pandu-pandu desa dan saat ini sudah masuk ke ranah pengembangan dan pemanfaatan," katanya.
Baca juga: Festival Anak Bajang digelar hybrid, ada pertunjukan wayang dan tari
Kegiatan ini juga bertujuan membangun generasi muda, khususnya anak-anak untuk lebih mencintai wayang dengan beberapa karya, ada wayang kertas, wayang pohong, wayang pring, dan wayang suket yang merupakan ide dan gagasan dari beberapa desa di kawasan Borobudur.
"Yang jelas melalui kegiatan ini lebih memudahkan rasa cinta terhadap wayang, salah satunya pembuatannya sederhana dengan membangun rasa membuat karya sebuah wayang sekaligus memainkan dengan rasa gembira, sehingga makna nilai penguatan karakter mengenai kearifan-kearifan yang ada di wayang tersebut bisa lebih melekat kepada anak-anak," katanya.
Baca juga: Festival Lima Gunung 2020 pamerkan wayang karya maestro Rastika
Dengan demikian, katanya, ke depan keberadaan wayang klasik yang ada selama ini bisa menyambung. Awalnya cukup sederhana dengan cara bermain, anak-anak membuat sekaligus membikin cerita sesuai dengan inspirasi mereka.
"Kiranya nanti anak-anak ini tumbuh dewasa pasti pengenalan melalui wayang bisa membawa mereka turut melestarikan keberadaan wayang, sehingga ini menjadi bagian program di Direktorat Jenderal Kebudayaan," katanya.
Baca juga: Bali jadi tuan rumah Festival Wayang Internasional 2020
Ketua Panitia Festival "Tresno Wayang Dolanan" Panji Kusumo mengatakan, festival ini menjadi media belajar bagi anak-anak, menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap nilai-nilai karakter yang baik melalui wayang.
Menurut dia, dunia anak-anak bukan dunia yang harus "pakem", justru dengan wayang dolanan hasil kreasi bebas ini, mau berbentuk apa pun boleh tetapi yang penting mereka mulai dikenalkan kepada pentingnya karakter baik, menolong temannya, bekerja sama termasuk mengasah kreativitas mereka menggunakan barang bekas dan barang-barang alami.
Baca juga: Semangat anak Indonesia jadi pesan pergelaran "wayang wong" pada FAB
"Kegiatan ini melibatkan anak-anak karena mereka masih di usia emas, sehingga ketika bermain wayang bisa dikenalkan sejak usia dini, diharapkan mereka bisa dilatih untuk membuat cerita, membuat tokohnya, membuat wayangnya sampai memainkannya," katanya.
Ia menyebutkan, kegiatan ini melibatkan empat desa di Kecamatan Borobudur yang memang mempunyai potensi wayang dolanan, yakni wayang kertas di Desa Candirejo, wayang suket di Desa Karanganyar, wayang apus atau siladan Desa Kebonsari, dan wayang pohong dari Desa Ngargogondo.
Dalam festival "Tresno Wayang Dolanan" ini diwarnai kirab budaya dan pentas sejumlah tarian. ***3***
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022