Jakarta (ANTARA News) - Tokoh Papua yang kini Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, menilai ada pihak-pihak tertentu yang menunggangi aksi mahasiswa di Papua, sehingga berubah menjadi anarkis dan menyebabkan korban meninggal empat orang. "Saya katakan bahwa masalah ini sudah ditunggangi. Asal mulanya kan cuma hanya gara-gara orang mendulang dari Tailing, terus dikembangkan menjadi isu-isu politik. Kemudian ada orang bicara merdeka dan macam-macam, ini yang saya sayangkan," kata mantan Gubernur Provinsi Irian Jaya itu di Jakarta. Mantan Duta Besar RI di Roma (Italia) dan Vatikan, itu mengimbau, kepada elit-elit yang berada di luar Papua jangan ikut membakar-bakar situasi, sehingga membuat suasana tidak kondusif. Dalam kesempatan itu, Mantan Komandan Pangkalan TNI-Angkatan Laut (Lantamal) di Jayapura tersebut mengungkapkan, turut sedih atas timbulnya korban dari pihak keamanan. "Saya ingin imbau bahwa di dalam PT Freeport Indonesia sudah ada yang namanya Community Development. I itu yang harus dikembangkan," ujar warga Irian Jaya (kini Papua) yang pertama kali menyandang pangkat jenderal (laksamana) di lingkungan TNI itu. Purnawirawan bintang dua TNI-AL tersebut menegaskan, jika hal itu dapat dilakukan dengan baik, maka masyarakat sekitar dapat turut terbantu, karena dari sekitar 18.000 pekerja di PT Freeport Indonesia, ada tiga persen atau sekitar 540 orang adalah orang asing dan putera Papua hanya 4.500 orang saja. "Kalau Freeport mengubah paradigma untuk merekrut yang tadinya mendulang emas untuk menjadi sopir atau tukang sapu, maka merekalah yang akan menjadi pelindung Freeport," demikian Freddy Numberi.PT Freeport Indonesia merupakan bagian dari Freeport-McMoran Copper & Gold Inc. (FCX), salah satu produsen emas dan tembaga terbesar di dunia. Selain PT Freeport Indonesia, operasional FCX juga dilakukan perusahaan lain, seperti PT Irja Eastern Minerals dan Atlantic Copper, S.A. Oleh karena itu, Fredy menyesalkan peristiwa tragis pada Kamis (16/3) saat terjadi bentrokan di Abepura antara pengunjuk rasa dengan petugas keamanan. Bentrokan terjadi setelah massa dari berbagai komponen yang menyatakan diri Front Pembela Rakyat Papua memalang jalan nasional Abepura-Sentani, Jayapura, di depan Kampus Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen). Aksi bentrok yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIT itu tidak hanya menewaskan empat aparat keamanan itu tetapi melukai tiga warga sipil dan satu anggota polisi. Para korban langsung dirawat di RSUD Abepura, sekitar dua kilometer dari lokasi demontrasi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006