Jakarta (ANTARA News) - Hujan yang turun membasahi sebagian wilayah Jakarta pada Kamis (16/3) siang membarengi kabar duka dari Cape Town, Afrika Selatan. Di hari ulang tahun ke-79, Ramadhan KH, sang jurnalis dan sastrawan telah tiada di negeri seberang.Menyebut nama Ramadhan KH, maka sulit melepaskan kedekatan khususnya dengan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA. Oleh karena, di ANTARA-lah, pria kelahiran Bandung, 16 Maret 1927 itu pernah bekerja sebagai pewarta desk karangan khas (features). Selain itu, nama Ramadhan KH kerap dikaitkan dengan berbagai karya sastra yang cukup kesohor, sebut saja "Priangan Si Djelita" (1956). Buku itu ditulis saat ia kembali ke Indonesia dari perjalanannya ke Eropa pada tahun 1954. Menurut sastrawan Sapardi Djoko Damono, karya itu merupakan puncak prestasi Ramadhan di dunia sastra Indonesia. Buku Kang Atun - sapaan akrab untuk Ramadhan - itu disebut-sebut merupakan buku kumpulan puisi terbaik yang pernah diterbitkan di Indonesia. "Dia adalah segelintir, kalau tidak satu-satunya, sastrawan yang membuat puisi dalam format tembang kinanti," kata Sapardi. Ramadhan terlahir sebagai anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara. Putra Raden Edjeh Kartahadimadja dan Sadiah itu sudah karib dengan dunia sastra dan tulis-menulis sejak ia berusia muda, karena Ramadhan mulai giat menulis ketika masih duduk di bangku SMA. Keseriusannya terhadap dunia tulis-menulis kian mantap lewat pendidikannya di bidang Jurnalistik, Belanda, pada tahun 1952-1953. Pada tahun 1958, sesaat setelah menikah dengan Pruistin Atmadjasaputra, Ramadhan resmi menekuni karir sebagai pewarta LKBN Antara di Biro Bandung, Jawa Barat. Ia juga tercatat sempat bertugas sebagai Redaktur Majalah Kisah, Redaktur Mingguan Siasat, dan Redaktur Mingguan Siasat Baru. Tugasnya sebagai wartawan dan kiprahnya di dunia sastra membuat Ramadhan banyak bergaul dengan para seniman Indonesia. Minat terhadap penulisan biografi "menawan" hati Ramadhan. Kepiawaian sebagai penulis biografi dimulai oleh Ramadhan lewat buku yang memuat kisah cinta Inggit Garnarsih dengan Bung Karno pada tahun 1981. Buah karya yang mendapat banyak pujian itu diberi judul "Kuantar ke Gerbang, Kisah Cinta Ibu Inggit Garnasih dengan Bung Karno". Setahun kemudian, Ramadhan meluncurkan "Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella", yang mengangkat namanya sebagai penulis buku biografi. Setelah penerbitan kedua buku tersebut, berbagai buku biografi karya Ramadhan KH terus bermunculan. Sebut saja biografi mantan Presiden Soeharto, mantan Gubernur Jakarta Ali Sadikin, Kemal Idris, dan Gobel. Hingga tutup usia di Cape Town, Afrika Selatan, Ramadhan berhasil menuliskan sekitar 30 buku biografi tokoh di Indonesia, seperti AE Kawilarang, Hoegeng, Mochtar Lubis, dan DI Panjaitan. Pria yang pernah bergabung dalam Akademi Jakarta itu dikabarkan telah lama menderita kanker prostat. Ia meninggalkan satu istri, dua anak (Gumilang Ramadhan dan Gilang Ramadhan), serta lima cucu. Istrinya, Salfrida Nasution Ramadhan, bertugas sebagai Konsul Jenderal RI di Cape Town, Afrika Selatan adalah istri kedua yang dinikahi pada tahun 1993. Sementara istri pertama Ramadhan, Pruistin Atmadjasaputra, telah lebih dulu wafat pada tahun 1990. Kini Ramadhan telah berpulang. Kembali ke Sang Pencipta yang Maha Pemurah dan Pemaaf. Jenazahnya tiba di Jakarta pada Sabtu (18/3) pagi, kemudian disemayamkan di rumah duka Jalan Tirtayasa IV Nomor 9 Kebayoran, dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir selepas waktu Shalat Dzuhur.Walaupun beberapa penulisan buku dan puisi harus terhenti untuk selamanya, namun karya-karya serta semangat Kang Atun akan senantiasa dapat dirasa oleh pembaca. Semangat pantang jadi pecundang dan keteguhan untuk terus berbuat yang terbaik akan terus dikenang dari sosok seorang Ramadhan KH, lewat cuplikan puisi berjudul "Pembakaran 3". "Penyair kayu pertama di tumpukan pembakaran Penyair abu landasan di tumpukan reruntuhan Dara! Bimbang hanya mencekik diri sendiri Dara! Takut hanya buat mahluk pengecut!" Selamat jalan Pak Ramadhan! Semoga Tuhan memberikan yang terbaik dan terindah untukmu di sana.(*)

Oleh Ella Syafputri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006