Singapura (ANTARA) - Pasar saham melemah pada perdagangan Kamis, karena dimulainya kembali pasokan gas Rusia ke Eropa mengangkat euro menjelang kenaikan suku bunga pertama yang diantisipasi Bank Sentral Eropa (ECB) dalam lebih dari satu dekade untuk meredam inflasi.
Aliran gas Rusia kembali ke Jerman setelah pemadaman 10 hari meredakan kekhawatiran pasokan Eropa untuk saat ini, membantu meredakan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap ekonomi.
Euro naik tipis, menjauhkan diri dari paritas minggu lalu terhadap greenback, pemulihan didukung oleh ekspektasi ECB mungkin memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang besar.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan pasokan dapat dikurangi lebih lanjut atau bahkan dihentikan, mendorong Uni Eropa untuk memberi tahu anggotanya guna mengurangi penggunaan.
"Pasar Eropa akan ditarik dan didorong oleh suasana hati Putin," kata Kepala Strategi Pasar CMC Markets, Michael Hewson.
Pasar mencari untuk melihat berapa banyak ECB akan menaikkan suku bunga nanti pada Kamis pukul 12.15 GMT, dengan kenaikan 25 basis poin sudah diperkirakan, kata Hewson.
Pedagang juga menunggu rincian alat ECB untuk menahan tekanan di pasar obligasi, yang dibuat semakin mendesak oleh pemerintah yang runtuh di Italia, salah satu negara zona euro yang paling berutang.
Kenaikan suku bunga dari Federal Reserve (Fed) AS minggu depan dan dari Bank Sentral Inggris pada Agustus juga diantisipasi dengan baik sekarang, kata Hewson.
Indeks STOXX dari 600 perusahaan Eropa turun 0,4 persen. Indeks saham MSCI seluruh negara turun 0,14 persen.
Obligasi Italia terjual dengan tajam menyusul runtuhnya pemerintahan Mario Draghi di ekonomi terbesar ketiga di kawasan euro.
Kepala Strategi Lintas Aset Candriam, Nadege Dufosse, mengatakan gejolak politik di Italia memberi lebih banyak tekanan pada ECB untuk memiliki apa yang disebut alat anti-fragmentasi guna membatasi imbal hasil obligasi dan meyakinkan pasar.
"Saya pikir mereka harus memenuhi poin itu, saya pikir itu risiko utama hari ini. Ini harus meyakinkan investor bahwa itu akan efisien," kata Dufosse.
Setelah serangkaian kenaikan suku bunga terbaru, investor akan mencoba untuk mengukur apakah ekonomi menuju soft landing atau hard landing karena biaya pinjaman yang lebih tinggi, katanya.
"Ekspektasi untuk kuartal keempat atau tahun depan yang benar-benar dapat menentukan tren di pasar. Untuk saat ini kami tidak memiliki jawaban dan kami hanya harus sangat pragmatis," kata Dufosse.
Baca juga: Saham Asia merosot jelang keputusan kebijakan ECB dan BOJ
Melawan tren, Bank Sentral Jepang (BOJ) membiarkan kebijakan moneter tidak berubah pada Kamis, seperti yang diperkirakan, dan sedikit menaikkan perkiraan inflasi. Yen bertahan stabil di 138,37 per dolar.
Nasdaq 100 berjangka juga turun 0,25 persen dan S&P 500 berjangka turun 0,2 persen. Laba dari Blackstone, Dow Chemical, Philip Morris International, Twitter dan American Airlines akan dirilis pada hari Kamis.
Indeks Wall Street menguat semalam (Rabu) tetapi labal yang lebih baik dari perkiraan dari Tesla setelah berjam-jam tidak dapat membawa suasana positif ke sesi Asia.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen dan Nikkei Jepang naik 0,4 persen.
Awan atas pertumbuhan China karena kontrol COVID-19 yang ketat dan kekhawatiran baru atas pasar properti yang sedang sakit juga memberikan kesuraman atas prospek permintaan global.
Komoditas-komoditas sensitif pertumbuhan seperti tembaga dan bijih besi telah meluncur dan minggu ini saham-saham bank dan properti China telah dirugikan oleh peminjam yang memboikot pembayaran hipotek pada rumah yang belum selesai.
"KPR yang jatuh tempo dua kali lipat selama seminggu, dan ... pembeli rumah potensial sedang menunggu penurunan umum harga rumah untuk pasar perumahan, termasuk proyek yang telah selesai," kata analis ING dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Kamis.
"Ini negatif bahkan untuk pengembang kaya uang."
Yuan China sedikit menguat pada 6,7664 terhadap dolar. Terhadap mata uang lain, greenback stabil setelah turun di awal minggu. Dolar Australia dibeli 0,68650 dolar AS.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan di 3,0415 persen, di bawah imbal hasil 2 tahun sebesar 3,2359 persen, sinyal pasar yang sering menandakan resesi.
Baca juga: IHSG dibuka menguat di tengah pelemahan bursa kawasan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022