Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda menolak permintaan Amerika Serikat (AS) agar Indonesia bergabung dengan Proliferation Security Initiative (PSI). Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu), Desra Percaya kepada wartawan di Gedung Deplu Jakarta, Jumat. "Dalam konteks hubungan bilateral, AS meminta Indonesia untuk bergabung dengan PSI tetapi Menlu dengan tegas menolak permintaan Menlu AS Condoleezza Rice untuk bergabung karena sedikitnya tiga alasan," kata Desra. Ketiga alasan tersebut, kata dia, yaitu pertama, Indonesia menganggap pelaksanaan PSI akan mengganggu kedaulatan Indonesia karena negara pihak (AS -- red) dapat melakukan pemeriksaan atas kapal-kapal yang melalui perairan Indonesia, padahal Indonesia adalah negara kelautan. "Kedua, PSI tidak dilakukan secara multilateral melainkan oleh kelompok negara. Sedangkan yang ketiga adalah PSI bertentangan dengan Konvensi Hukum Internasional Tentang Laut 1992," ujarnya. PSI adalah sebuah inisiatif untuk mencegah penyebaran senjata pemusnah masal baik biologi, kimia maupun nuklir. Menurut Desra, Rice berencana untuk mengirimkan kembali tim ahli ke Indonesia untuk menyampaikan detil mengenai PSI dengan tujuan membujuk Indonesia untuk bergabung. "Suatu langkah diplomasi tetapi pada prinsipnya kita (Indonesia -- red) memiliki prinsip untuk tidak menjadi partisipan PSI, dan Menlu Hassan telah dengan tegas menolak," katanya. Menurut Desra, hingga kini belum ada kepastian waktu tim ahli dari AS tersebut datang ke Indonesia. Dalam kunjungan dua harinya di Indonesia, 14-15 Maret 2006, Rice melakukan pembicaraan tertutup dengan Menlu Hassan Wirajuda selama sekitar satu jam. Sebelumnya pada Selasa (14/3), Rice dengan didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia B. Lynn Pascoe mengunjungi Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar Al Makmuriyah di Jalan Raden Saleh Nomor 30 Jakarta Pusat. Rice dan rombongan mendapat pengawalan ekstra ketat dari aparat keamanan Indonesia maupun AS.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006