Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) Prof. Dr. Apt. Syamsudin M.Biomed,menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas riset penelitian polyherbal pertama yang berperan sebagai terapi adjuvant obat COVID-19.
Rekor tersebut diperoleh Prof Syamsudin atas risetnya yang bermanfaat bagi masyarakat yang hingga kini banyak digunakan di Indonesia, baik oleh rumah
sakit pemerintah maupun swasta.
"Penelitian polyherbal pertama yang berperan sebagai terapi adjuvant untuk meningkatkan efektivitas pengobatan standar COVID-19," kata Syamsudin di Kampus Universitas Pancasila, Rabu.
Baca juga: Sarat akan gizi, suplemen polyherbal efektif obati kanker kolorektal
Syamsudin mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan industri farmasi dan sudah melakukan observasi klinis pada pasien COVID-19 yang terbukti efektif.
Syamsudin mengatakan terapi adjuvant merupakan terapi tambahan yang digunakan untuk pengobatan COVID-19 standar, seperti antibiotik dan lainnya.
"Terapi adjuvant untuk meningkatkan kekebalan tubuh kita melalui polyherbal, seperti katuk, kunyit, biji jintan hitam, dan ekstrak ikan gabus," jelasnya.
Baca juga: Polyherbal berperan tingkatkan status nutrisi pasien gagal ginjal
Syamsudin menjelaskan jika dilihat dari "length of stay" pasien COVID-19 selama 9 hari di rumah sakit, kini dengan terapi adjuvant bisa 7 hingga 8 hari. Kemudian gambaran paru-parunya lebih bersih dibandingkan tanpa terapi adjuvant.
Syamsudin kini sedang merencanakan menggandeng perusahaan farmasi PT Indofarma mengembangkan produk herbal untuk pasien kanker payudara dengan menggunakan ekstrak temulawak yang dibuat semacam nanopartikel.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022