Kehadiran inovasi seperti IPAT BO sangat dibutuhkan dan perlu untuk diperkenalkan lebih luas kepada para petani kita.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menerima pakar pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Tualar Simarmata untuk membahas inovasi produksi padi guna mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia.
Dalam pertemuan di Jakarta, Rabu, Tualar Simarmata yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad memperkenalkan kepada Moeldoko mengenai inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT BO).
Tualar menjelaskan IPAT BO merupakan inovasi teknologi produksi padi terpadu melalui restorasi kesuburan lahan sawah dengan menggunakan teknik tanam kembar (twin seeding) atau juga dikenal dengan teknik jejer manten.
"Teknologi ini pernah kami terapkan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan TNI dalam pendampingannya dan berhasil menghasilkan 11-13 ton per hektare," kata dia.
Baca juga: Zulhas sebut Pemerintah serius antisipasi krisis pangan dan energi
Baca juga: Megawati serukan Indonesia antisipasi krisis pangan
Tualar mengatakan dengan pemanfaatan IPAT BO, maka akan mengurangi penggunaan bibit, penggunaan air, dan memanfaatkan pupuk berbasis organik, yaitu menggunakan kompos jerami sebagai sumber nutrisi mikroba tanah.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengapresiasi inovasi IPAT BO.
Ia menekankan pentingnya berbagai terobosan dan inovasi di sektor teknologi pertanian, sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi pertanian.
Hal tersebut dibutuhkan dalam menghadapi ancaman krisis pangan (food security) dan mewujudkan ketahanan serta kemandirian pangan nasional.
"Yang harus dipikirkan adalah bagaimana di waktu yang akan datang kegiatan pertanian dapat semakin mudah dilakukan, menghasilkan produksi yang melimpah, dan dengan ongkos produksi yang murah bagi para petani," katanya pula.
Moeldoko yang juga Ketua Umum Himpunan Keurukunan Tani Indonesia (HKTI) menyebut saat ini rata-rata hasil produktivitas padi baru mencapai 5-6 ton per hektare, dan perlu ditingkatkan menjadi 7-8 ton per hektare.
Karena itu, kata dia, diperlukan inovasi tepat guna agar produktivitas di sektor pertanian dapat meningkat.
"Kehadiran inovasi seperti IPAT BO sangat dibutuhkan dan perlu untuk diperkenalkan lebih luas kepada para petani kita. Inisiatif seperti ini perlu untuk diteruskan, sehingga kita mampu berdaulat pangan," kata Moeldoko.
Baca juga: Menko Airlangga tegaskan minyak sawit solusi bagi krisis pangan
Baca juga: Pemerintah siapkan strategi khusus hadapi krisis pangan dan energi
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022