Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan perlunya negara-negara di dunia memperkuat arsitektur kesehatan global dan kesiapan menghadapi pandemi di masa depan.

“Kita pahami bersama bahwa pandemi belum usai, dan mengatasi pandemi masih menjadi prioritas kita saat ini. Pada saat yang sama, kita harus memperkuat arsitektur kesehatan global, agar lebih siap menghadapi pandemi di masa depan," kata Retno, Selasa.

Dia berbicara dalam pertemuan virtual “COVID-19 Global Action Plan Foreign Ministerial Meeting, seperti terangkum dalam keterangan Kemlu RI.

Guna memperkuat arsitektur kesehatan global, Menlu memaparkan tiga isu yang harus menjadi fokus.

Pertama adalah distribusi kebutuhan kesehatan publik, mengingat saat ini akses terhadap solusi medis masih belum setara terutama di negara-negara berkembang.

Retno menyoroti perlunya mekanisme permanen untuk mendorong akses setara terhadap solusi medis.

“COVAX dapat digunakan untuk tujuan ini, termasuk di tataran regional, dengan catatan harus didukung dengan pasokan yang memadai. Kita harus memperkuat kapasitas produksi negara-negara berkembang dengan mereplika model produksi vaksin hubs and spoke," ujar dia.

Kedua, yaitu pembiayaan kesiapsiagaan pandemi. Dalam konteks itu, Financial Intermediary Fund (FIF) yang dikembangkan selama Presidensi G20 Indonesia dianggap berperan penting untuk membantu negara-negara menghadapi darurat kesehatan.

Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk berkontribusi sebesar 50 juta dolar AS (sekitar Rp748,4 miliar) pada FIF dan mengajak negara-negara lain untuk ikut berkontribusi.

Ketiga, Retno menggarisbawahi perlunya dunia memperhatikan tata kelola kesehatan global yang terkait dengan proses pembentukan Traktat Pandemi baru yang telah berjalan.

Kesiapsiagaan pandemi yang lebih baik dan ditopang oleh prinsip solidaritas dan kesetaraan, kata Retno, harus menjadi landasan tata kelola kesehatan global ke depan, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pemegang mandat.

“Mari bekerja bersama-sama secara sinergis untuk pulih lebih kuat dari pandemi ini," tutur dia.

Pertemuan “COVID-19 Global Action Plan Foreign Ministerial Meeting diinisiasi oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan tujuan mendorong kemauan politik negara-negara dalam mengakhiri pandemi dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman kesehatan di masa depan.


Baca juga: ASEAN-AS tingkatkan kerja sama pemulihan pandemi, perubahan iklim

Baca juga: Dirjen WHO selamati Presiden Jokowi atas capaian RI tangani pandemi


Menlu Retno: Perlu demokrasi untuk pulih dari pandemi

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022