Ini berbeda dengan pemberian ASI perah karena ada kedekatan emosional yang terjalin antara ibu dan bayi
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan inovasi desa pintar ciptaan Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung dapat dijadikan percontohan daerah lain untuk menurunkan angka prevalensi stunting pada anak.
“Ini bisa jadi contoh untuk daerah lain. Ini sudah mencakup audit stunting, rembuk stunting, pendampingan keluarga. Tinggal memasukkan Elsimil (Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil) dan juga menambah kelompok sasaran, termasuk calon pengantin,” kata Program Officer Bidang Program dan Kegiatan Sekretariat Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Pusat BKKBN Lucy Widasari di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan desa pintar itu memiliki kelebihan lewat integrasi data yang kuat di seluruh desa Provinsi Lampung, dalam mempercepat penurunan angka stunting. Data desa pintar menunjukkan 21.786 balita yang hidup di kabupaten itu. Namun, 1.185 anak di antaranya menderita stunting.
Data-data yang disajikan juga selalu menampilkan data terkini sehingga bantuan seperti pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita tepat sasaran.
Baca juga: BKKBN: Sarapan hingga batasi kafein bantu ibu cegah kekerdilan anak
Ia menambahkan keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan dikenal secara menyeluruh oleh seorang anak. Di dalamnya, dibutuhkan pendampingan penuh supaya, baik kesehatan maupun kondisi emosional anak, dapat terbentuk dengan maksimal.
Desa pintar, kata dia, juga menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif, di mana dapat memperkuat kedekatan emosional yang dibangun oleh ibu dengan bayi selama enam bulan, serta perkembangan kecerdasan sosial bayi nantinya.
“Ini berbeda dengan pemberian ASI perah karena ada kedekatan emosional yang terjalin antara ibu dan bayi dan tentunya berpengaruh terhadap kecerdasan sosial dari bayi. Kemudian ada hormon dari skin to skin contact yang akan memengaruhi perilaku pengasuhan ibu,” kata Lucy.
Penjabat Bupati Tulangbawang Barat Zaidirina mengatakan sudah ada 93 desa di daerah itu yang datanya terhubung dengan desa pintar sebagai upaya percepatan penurunan stunting.
Ia menjelaskan program di desa pintar dijalankan dengan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan menyusui serta balita dalam bentuk paket yang berisi susu, telur puyuh, dan sayuran yang berasal dari anggaran Dana Desa.
Baca juga: 3.630 anak stunting dapat bantuan lewat Bapak Asuh Anak Stunting
Program lain yang dijalankan berupa pemberian vitamin A bagi ibu hamil, bayi, dan balita, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri hingga pemantauan pengukuran tumbuh kembang anak di posyandu.
“Jadi orang-orang yang datanya ada di smart village (desa pintar) yang perlu dibantu misal, potensi stunting, miskin, datanya ada di smart village. Kemudian kita punya kartu untuk nanti bisa ambil telur dan sebagainya tinggal tap nanti masuk datanya ke smart village,” kata dia.
Ia juga mengatakan tentang kearifan lokal yang terkait dengan ketahanan pangan.
“Kami juga punya slogan nenemo yakni nemen, nedes, dan nerimo, itu merupakan kearifan lokal tersebut diterjemahkan sebagai nemen (bekerja keras), nedes (tahan uji) dan nerimo (menerima). Slogan itu ditujukan untuk mencapai target ketahanan pangan,” kata dia.
Baca juga: BKKBN Sulsel-DPR RI edukasi warga Kabupaten Barru cegah Stunting
Baca juga: Kekerdilan, masih menjadi bayang-bayang yang hantui anak Indonesia
Baca juga: Menko PMK: Inpres 3/2022 perkuat kerjasama bentuk keluarga berkualitas
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022