Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah belum akan membentuk Komando Operasi Keamanan (Koopskam) di Papua, menyusul insiden bentrokan yang menewaskan tiga anggota Polri dan satu anggota TNI AU, Kamis siang. "Saya kira belum perlu dibentuk Koopskam di Papua," kata Sekretaris Kementerian Polhukam, Laksamana Madya, Djoko Soemariono, di Jakarta, Kamis petang. Ia mengatakan, pemerintah baru akan mengindentifikasi pokok permasalahan yang terjadi di Papua, menyusul insiden yang menimbulkan korban tewas. Menurut Djoko, permasalahan di Papua sudah cukup lama terjadi, dan bersifat sangat kompleks. "Tetapi, pada intinya berbagai permasalahan dan konflik yang terjadi di Papua dipicu tidak adanya rasa saling percaya di antara komponen bangsa dalam menyikapi kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan," katanya. Untuk itu lanjutnya, pemerintah akan segera mengindentifikasi kembali berbagai persoalan yang muncul sehingga menimbulkan insiden sekaligus mencari solusi terhadap persoalan di Papua. Ketika ditanya keterlibatan pihak asing yang telah lama disinyalir kerap memanfaatkan situasi di Papua, secara politis Djoko menilai, kemungkinan itu ada. "Kemungkinan itu ada, tetapi saya belum bisa mengungkapkan secara jelas sebelum ada identifikasi yang jelas mengenai permasalahan di Papua," ujarnya. Terkait tingkat kerawanan konflik di Papua yang cenderung meningkat, ia menegaskan, sebetulnya ekskalasi ancaman tidak begitu tinggi, yang terlihat dari beberapa indikator yang salah satunya adalah pelaksanaan Pilkada Papua yang berjalan relatif lancar. Selain itu, Djoko juga mengatakan, dalam menyelesaikan permasalahan di Timikia (PT Freeport), pemerintah khususnya Pemerintah Daerah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara damai melalui dialog langsung dengan warga setempat. Untuk itu, pemerintah akan mengutus Menkopolhukam, Widodo AS, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, dan Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto, ke Papua, malam ini (16/3), untuk melihat langsung situasi keamanan di Provinsi di ujung timur Indonesia itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006