AII pertemukan inventor mandiri dengan industri dorong komersialisasi

Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) akan mempertemukan inventor mandiri dengan pihak industri untuk mendorong komersialisasi invensi dan inovasi dari para inventor mandiri.

"Kita harapkan bisa berdampak bagi inventor untuk bisa mengatasi persoalan-persoalan yang kita sebut sindrom dari lembah kematian yang menyulitkan mereka untuk menemukan mitra industri," kata Ketua Umum AII Didiek Hadjar Goenadi kepada wartawan dalam diskusi di Jakarta, Senin.

Inventor mandiri merupakan anggota atau kelompok masyarakat yang memiliki invensi atau inovasi dan tidak terikat dengan kantor atau perusahaan tetapi bekerja sendiri.

AII ingin agar inventor mandiri bisa bermitra dengan pihak industri untuk mengkomersialisasikan invensi atau inovasinya sehingga manfaat dari invensi untuk kegiatan ekonomi dapat segera dirasakan oleh masyarakat atau penggunanya.

"Tentu ini akan berdampak pada pembangunan ekonomi yang didorong oleh aktivitas ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dari pemberdayaan kekayaan intelektual," ujarnya.

Menurut Didiek, menemukan mitra industri tidak mudah bagi inventor sehingga perlu difasilitasi melalui pendekatan yang dikawal secara terus menerus sehingga pertemuan awal inventor dengan pihak industri dapat berujung pada terjalinnya kerja sama di antara kedua pihak.

"Kita pertemukan dengan mitra industri yang paling pas dengan mereka," ujarnya.

Inventor mandiri juga perlu difasilitasi untuk memanfaatkan program fasilitasi pemerintah seperti membantu inventor mendapatkan perlindungan paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia.

Sebelumnya, AII telah memfasilitasi 13 inventor periset Grand Riset Sawit (GRS) untuk hilirisasi hasil penelitian, yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mulai plastik dari limbah sawit, bioenergi hingga busa pemadam kebakaran dari minyak sawit.*