Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatifJakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan kecilnya peluang resesi di Indonesia menjadi bukti fundamental ekonomi domestik kuat.
Hal itu disampaikan Moeldoko pada seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, Senin, menyinggung hasil survei Bloomberg yang menyebutkan peluang risiko resesi Indonesia sangat kecil yakni 3 persen.
“Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif,” kata Moeldoko dalam siaran pers.
Moeldoko menyampaikan kerja keras pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global antara lain di sektor energi, pemerintah terus menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga di masyarakat dengan menyalurkan subsidi, yang nilainya mencapai Rp520 triliun.
Opsi ini dipertahankan oleh pemerintah, agar beban masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan energi tidak berat.
“Namun jika subsidi terus diberikan akan membuat uang negara jebol. Untuk itu, skema subsidi akan diubah, tidak lagi ke barang tapi langsung ke orangnya agar tepat sasaran,” terangnya.
Panglima TNI 2013-2015 ini juga menjabarkan kerja pemerintah menghadapi ancaman krisis pangan. Ia mengatakan pemerintah sudah melakukan peningkatan produktivitas di sektor pertanian untuk menjawab kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri, yakni sebesar 2,5 juta ton per bulan.
“Hasilnya selama tiga tahun berturut-turut kita sudah tidak lagi impor beras. Bahkan beras kita surplus. Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan, seperti menanam sorgum, sagu, dan jagung. Ini semua untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dunia,” jelas Moeldoko.
Pada kesempatan itu, Moeldoko juga menegaskan bahwa mengelola negara di lingkungan global tidak mudah karena tantangannya sangat besar. Terlebih, di saat dunia menghadapi berbagai tantangan, seperti pandemi COVID-19 dan perang Ukraina-Rusia, yang berdampak pada terputusnya rantai pasok dan kenaikan harga-harga komoditas.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Moeldoko menyampaikan lima teori yakni, mampu adaptif terhadap perubahan, membangun kecepatan di segala lini, berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional, siap menghadapi kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespon kejutan-kejutan yang akan terjadi akibat kemajuan teknologi.
“Kalian sebagai calon pemimpin bangsa harus siap dengan semua perubahan-perubahan,” jelas Moeldoko kepada para peserta seminar.
Baca juga: IMF nilai reformasi jadikan Indonesia lebih tahan guncangan
Baca juga: Indef sebut BI perlu naikkan suku bunga untuk antisipasi inflasi
Baca juga: IMF yakin ekonomi Indonesia tumbuh positif
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022