Jakarta (ANTARA) - Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menilai permintaan properti di kawasan industri potensial untuk naik kelas, seperti di Kabupaten Karawang di mana di wilayah tersebut sudah terbentuk populasi masyarakat pekerja.

Menurut Ferry, terbentuknya populasi yang menciptakan permintaaan properti di Kabupaten Karawang menjadi salah satu keunikan, terutama jika dibandingkan dengan kawasan komersial dan hunian eksisting di wilayah Barat seperti Kabupaten dan Kota Tangerang atau Tangerang Selatan.

"Jadi memang start-nya beda. Di wilayah Barat, misalnya, itu start-nya dimulai dengan pembangunan township terlebih dahulu. Artinya dimulai dari mengumpulkan dan menarik minat populasi, menjadi kawasan alternatif di luar Jakarta," ujar Ferry dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Setelah itu, lanjut Ferry, pembangunan properti diikuti dengan kebutuhan lain baik itu komersial maupun sarana dan prasarana pendukung seperti rumah sakit dan sekolah. Karawang pun juga sama, merupakan kawasan alternatif di luar Jakarta.

"Bedanya, start-nya dari industri terlebih dahulu sehingga sudah terbentuk populasi terutama masyarakat pekerja di sana baru kemudian menciptakan demand properti. Karawang dan wilayah Timur (dari Jakarta) rata-rata memang start-nya dari industri," kata Ferry.

Di banyak negara, kawasan industri yang besar memang menciptakan kebutuhan akan hunian, termasuk Karawang sebagai kawasan industri terbesar di Asia Tenggara.

Seiring dengan terus meningkatnya realisasi investasi termasuk investasi pada manufaktur berbasis teknologi tinggi dan kendaraan listrik, Ferry menilai potensi properti di Karawang naik kelas secara jangka panjang sangat terbuka lebar.

"Awalnya memang banyak tenaga kerja kasar. Semakin ke sini, karena banyak industri otomotif mulai dari berbahan bakar konvensional sampai Electric Vehicle di Karawang, ditambah lagi dengan perkembangan Data Center di sana maka profil tenaga kerja di Karawang semakin meningkat," ujar Ferry.

Situasi itu memicu potensi gengsi properti di Karawang akan semakin tinggi karena melibatkan teknologi masa depan. Ditambah lagi, semakin banyak ekspatriat dari berbagai negara seiring dengan realisasi investasi dari perusahaan kelas dunia di Karawang.

Properti di Karawang juga didukung juga dengan konektivitas infrastruktur dari dan menuju Karawang seperti jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Cikampek-Elevated (MBZ), Jalan Tol Jakarta-Cikampek II, dan Jalan Tol Lingkar Luar II Sentul-Karawang Barat.

Selain itu, Karawang juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priuk dan Pelabuhan Patimban dengan jarak masing-masing 70 kilometer. Lalu, akses Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak 90 kilometer dan Bandara Kertajati 122 kilometer.

Berdasarkan PP 13 Tahun 2017 dan Permenhub 69 Tahun 2013, rencananya, akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II di Karawang.

Akses transportasi lainnya adalah rel kereta, yakni Stasiun Karawang, Stasiun Cikampek, dan Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

"Sehingga kalau terkonsentrasi di daerah sana, begitu ekosistem residensial dan komersial terbentuk, ada kemungkinan naik kelas," kata Ferry.

Saat ini, sejumlah pelaku usaha di sektor properti terkemuka juga turut mengembangkan wilayah Karawang melalui proyek properti yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini, seperti Agung Podomoro, Summarecon dan Sinarmas group.

Ferry menambahkan, pengembang tersebut termasuk bagian dari sedikit perusahaan pengembang berskala besar yang sudah jauh-jauh hari melirik Karawang. Meski belum banyak, diyakini perusahaan besar seperti Agung Podomoro akan cukup untuk menjadi pemicu perkembangan kawasan di sana.

"Korporasi besar itu inisiator. Seperti Agung Podomoro, itu sebenarnya sudah cukup untuk memulainya. Begitu mereka investasi di Karawang, maka akan terjadi percepatan perkembangan hunian dan komersial di sana," ujar Ferry.

Ia juga mengapresiasi perusahaan properti seperti Agung Podomoro, Summarecon dan Sinarmas group yang menawarkan Karawang sebagai hunian alternatif baru.

"Ya memang semua berlomba untuk menemukan tujuan baru. Kalau dikembangkan di sini-sini (Jabodetabek) saja ya jenuh. Digiring agak jauh tapi tetap nyaman, fasilitasi semua, itu jadi potensi baru terus," kata Ferry.

Baca juga: BTN yakini sektor perumahan ikut terdongkrak naiknya harga komoditas
Baca juga: Rukita-MRT kolaborasi hadirkan hunian terjangkau di TOD Jakarta
Baca juga: Konsultan: Sektor properti dapat mengalami momentum akselerasi 2022

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022