Madiun (ANTARA) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan keberadaan komplek perguruan Muhammadiyah di Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur dapat mendukung kemajuan sumber daya manusia (SDM) di wilayah setempat.
"Sudah menjadi tugas kita untuk mengembangkan dunia pendidikan agar mampu melahirkan generasi berkemajuan. Muhammadiyah harus mampu membangun ukhuwah dengan berbagai kelompok dan sesama anak bangsa. Baik itu yang seagama maupun berbeda agama. Karena tanpa persatuan, kita tak akan bisa membangun bangsa yang lebih baik," ujar Haedar Nashir saat meresmikan komplek Perguruan Muhammadiyah di Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis.
Perguruan yang terdiri atas Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Caruban dan SMP Muhammadiyah 2 itu menjadi bagian dari 10.381 lembaga pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah.
MIM Caruban menjadi salah satu dari 2.604 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang dimiliki Muhammadiyah. MI ini juga terus mengembangkan dan berinovasi terkait kurikulum bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sementara SMPM 2 merupakan satu di antara 1.772 SMP/MTs yang ada di lingkungan Muhammadiyah.
Baca juga: Menko PMK inisiasi pembangunan Poliklinik Pratama di Madiun
Adapun pembangunan MIM yang berdiri di jalan Sutoyo, Caruban itu merupakan inisiasi dari Kampus Putih UMM. Sementara tanah seluas 6.000-an meter tersebut adalah wakaf dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Haedar menjelaskan Muhammadiyah sudah merintis madrasah diniyah Islamiyah sejak 1 Desember 1911 yang menjadi cikal bakal pendidikan islam modern. Gagasan madrasah saat itu sangatlah berbeda dengan yang lain. Yakni dengan memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Demikian juga dengan sistem klasikal yang saat itu mirip budaya barat.
"Hingga akhirnya Muhammadiyah didirikan oleh Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Kemudian disusul dengan pendirian organisasi perempuan pertama di Indonesia Aisyiyah dan sederet organisasi otonom lain," kata Haedar.
Kini Muhammadiyah telah memiliki lembaga pendidikan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk wilayah yang minoritas Muslim. Seperti Universitas Muhammadiyah (UM) Kupang, UM Sorong, UM Jayapura, dan lainnya.
Menko PMK Muhadjir Effendy yang hadir dalam kesempatan itu menilai bahwa Muhammadiyah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat secara keseluruhan. Ia juga mengatakan pendirian bangunan baru MIM Caruban ini bukanlah akhir. Ke depan, akan ada Poliklinik Pratama yang secara bertahap dibangun menjadi rumah sakit.
"Tentu harus ada sinergi dengan rumah sakit daerah. Dengan begitu, kita bisa menyediakan layanan yang belum ada di RSUD," kata dia.
Baca juga: Menko PMK sebut Pemerintah percepat penyusunan aturan turunan UU TPKS
Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah ada untuk semua. Siapapun boleh masuk di sekolah Muhammadiyah tanpa memandang status, agama, dan perbedaan lain. Tidak ada yang bersifat eksklusif, semua disediakan secara inklusif. Ia juga mempersilakan siapapun yang ingin mengembangkan potensinya di lembaga-lembaga Muhammadiyah, sehingga Madiun bisa menjadi daerah maju.
Bupati Madiun Ahmad Dawami berterimakasih karena Muhammadiyah berkesempatan membangun lembaga pendidikan di Caruban. Menurutnya, jika semua aspek dilaksanakan dengan maksimal, ia yakin Madiun, khususnya Caruban, bisa berkembang dengan pesat.
"Pendidikan menjadi aspek penting dalam pembangunan. Ini tantangan bagi kita untuk mendidik dan melatih generasi bangsa sehingga bisa memiliki karakter yang baik dan memiliki kekhasan Kabupaten Madiun," kata Bupati Ahmad Dawami.
Turut hadir di kesempatan tersebut Rektor UMM Dr. Fauzan, Forkompimda Kabupaten Madiun, ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, dan ketua pimpinan daerah Muhammadiyah Madiun.
Di akhir acara, para tamu juga sempat melangsungkan penanaman sejuta pohon di sekitar MIM Caruban yang merupakan bagian dari program Kementerian Koordinator PMK RI.
Baca juga: Muhammadiyah: Perbedaan penetapan Idul Adha melatih kedewasaan umat
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022