Pemdangan kota dengan monumen Baiterek di Nur-Sultan, Kazakhstan, Sabtu (17/8/2019). (REUTERS/PAVEL MIKHEYEV)

Pintu gerbang perdagangan

Negara ini menjadi pintu gerbang perdagangan untuk seratusan juta konsumen di negara-negara bertepi Laut Kaspia (Kazakhstan, Turkmenistan, Iran, Azerbaijan dan Rusia), 50 juta konsumen di Asia Tengah dan 300 juta konsumen di China barat.

Kazakhstan juga memiliki potensi sektor pertanian yang besar, terutama produk pangan dan ternak. Kazakhstan adalah satu dari 10 terbesar eksportir produk pangan berbasis biji-bijian di dunia.

Dalam konteks krisis pangan dan energi yang terjadi saat ini, Kazakhstan menjadi solusi lain bagi banyak negara untuk keluar dari jerat krisis pangan dan energi, termasuk Indonesia.

Pun dengan sektor-sektor lain seperti jasa yang menawarkan kesempatan kepada banyak negara untuk terlihat dalam pengembangan ekonomi Kazakhstan.

Lain dari itu, kian berkembangnya kelas menengah di negara berpenduduk 19 juta jiwa itu, telah meningkatkan permintaan produk dan brand-brand berkualitas yang selama ini dipenuhi Rusia, China dan negara-negara Barat.

Konsumen di sana acap bersedia membayar lebih untuk barang dan jasa impor berkualitas tinggi. Ini menjadi kesempatan bagi negara-negara seperti Indonesia untuk ikut memenuhi permintaan produk-produk seperti ini.

Namun fakta-fakta menarik mengenai ekonomi Kazakshtan kerap menghadapi iklim bisnis yang diselimuti ekonomi biaya tinggi sampai Transparency International pada 2020 menempatkan Kazakhstan dalam peringkat 94 dari total 180 negara dengan indeks persepsi korupsi (CPI) tidak bagus.

Kazakhstan sendiri terus berupaya memupus citra korup ini, sementara pemerintahnya mereformasi ekonominya guna mendorong produktivitas dan dalam rangka menarik mitra luar negeri yang lebih banyak guna memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan ekonominya.

Sejumlah langkah ditempuh Kazakhstan dalam menarik investasi asing, di antaranya Astana International Financing Center (AIFC) yang dibentuk pada 2018 dan merupakan penjabaran dari tekad negara ini masuk 30 besar negara maju pada 2050. AIFC menawarkan pajak khusus, visa, dan aturan kerja bagi perusahaan-perusahaan yang ingin berinvestasi di sana.

Upaya Kazakhstan dalam memperbaiki iklim investasi semakin agresif dilakukan oleh pemerintahan Presiden Kassym-Jomart Tokayev yang tengah berkuasa.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyampaikan pernyataan melalui televisi di Nur-Sultan, Kazakhstan, Jumat (7/1/2022), menyusul rangkaian aksi protes yang dipicu kenaikan bahan bakar. ANTARA/Official website of the President of Kazakhstan/Handout via REUTERS/tm (via REUTERS/PRESIDENT OF KAZAKHSTAN WEBSITE)

Presiden Tokayev bahkan membuat prakarsa "Kazakhstan Baru" guna membuat negeri ini tak hanya lebih modern dan lebih demokratis, namun juga maju secara ekonomi yang salah satunya ditempuh dengan menciptakan iklim ekonomi yang ramah investasi asing.

Dalam pidato kenegaraan di depan parlemen Kazakhstan pada 25 Maret 2022, Presiden Tokayev menyatakan segera menerbitkan dekrit debirokratisasi yang disebutnya titik awal untuk meninjau secara radikal prosedur-prosedur internal dalam badan-badan negara, optimalisasi aturan kebijakan dan proses penganggaran.

"Perlu segera mengembangkan paket baru reformasi struktural dalam bidang ekonomi dan administrasi negara dengan mempertimbangkan strategi modernisasi politik," kata Tokayev.

Tokayev meyakini "Kazakhstan Baru" terwujud jika reformasi ekonomi selaras dengan reformasi politik.

Reformasi politik sendiri menjadi kepedulian utama Tokayev. Dia mereformasi tata kelola pemerintahan dengan membangun sistem eksekutif, legislatif dan yudikatif yang proporsional sehingga proses kekuasaan menjadi terkendali, akuntabel dan diabdikan untuk pembangunan nasional untuk semua lapisan rakyat.

Reformasi ini tidak hanya dengan modernisasi negara, tetapi juga membuat Kazakhstan semakin terbuka kepada semua pihak yang bisa turut membangun negara ini.

Faktanya, sekalipun menjadi negara yang terkepung daratan, Kazakhstan tak pernah menutup diri. Sebaliknya negara ini membuka lebar-lebar gerbang kemitraan dengan negara-negara lain, baik dalam kerangka bilateral maupun multilateral.

Baca juga: Peningkatan kerja sama ekonomi fokus pertemuan menlu RI-Kazakhstan

Selanjutnya : Aktif ajak berinvestasi

Copyright © ANTARA 2022