Jakarta (ANTARA News) - Menanggapi kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice, ke Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melayangkan surat terbuka kepada Presiden George W. Bush.
"PKS mengajak Amerika Serikat (AS) untuk mengenal lebih dekat keberadaan HAMAS setelah kemenangannya pada Pemilu yang sangat demokratis di Palestina. Jangan ada rencana sekecil apa pun untuk menghentikan bantuan kepada Palestina," kata Tifatul Sembiring, Presiden PKS, di Jakarta, Rabu siang.
Surat yang dilayangkan lewat media massa dan Kantor Kedutaan Besar AS itu, menurut Tifatul, berisi pesan bahwa HAMAS dapat menjadi kunci bagi proses perdamaian di Timur Tengah.
"Memberi kesempatan kepada HAMAS adalah kesempatan yang paling moderat dan sangat berharga dalam mewujudkan iklim demokrasi," ujar Tifatul, "HAMAS kemudian bisa digiring lebih jauh ke kompetisi politik, bukan cuma konflik senjata."
Selain itu, PKS juga menekankan bahwa Amerika bisa memanfaatkan momentum ini untuk memberi sinyal kepada dunia Islam bahwa AS sangat mendukung demokrasi secara adil tanpa memandang agama apapun.
Dalam pidatonya di hadapan anggota Indonesian Council World Affair (ICWA), pada Rabu pagi, Rice menyebutkan bahwa perdamaian di Timur Tengah tergantung kepada HAMAS.
Dikutip dari pidatonya itu, setiap pihak (baik HAMAS maupun Israel -red) harus saling mengakui. Dialog tidak akan mungkin berlangsung bila ada pihak yang tidak mengakui pihak lain, kata perempuan kelahiran itu.
HAMAS, pemenang pemilu di Palestina, memang tidak pernah mengakui keberadaan negara Israel yang mencaplok negeri Palestina sejak beberapa dekade lalu.
Ketika berhasil mengantungi suara mayoritas pemilu Januari lalu, yang juga diakui berlangsung demokratis, HAMAS didesak negeri Barat agar mengakui negara Israel.
Alih-alih mendukung Pemerintah Otonomi Palestina pasca pemilu, Washington meminta Palestina mengembalikan 50 juta dolar AS - dalam bentuk bantuan untuk proyek prasarana. Alasannya AS khawatir dana itu akan jatuh ke tangan Hamas - yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan Eropa.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006