Dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine sebelumnya pada bulan Juli, penelitian itu dipimpin oleh Gao Fu, seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) sekaligus Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Para peneliti dalam studi tersebut menganalisis tingkat netralisasi terhadap subvarian asli SARS-CoV-2 dan Omicron, termasuk BA.4 dan BA.5, dalam sejumlah sampel darah yang diperoleh dari penerima vaksin, yang telah menerima tiga dosis vaksin inaktif buatan China, tiga suntikan vaksin subunit protein ZF2001, atau dua dosis vaksin inaktif yang disertai vaksin penguat (booster) ZF2001.
Hasilnya menunjukkan bahwa di setiap kelompok vaksin, tingkat antibodi penetral untuk melawan seluruh subvarian Omicron yang teruji berada pada level yang secara signifikan lebih rendah daripada tingkat antibodi untuk melawan galur (strain) asli virus tersebut, yang mengindikasikan bahwa subvarian-subvarian ini memiliki kemampuan untuk menghindari proteksi imun.
Namun, untuk ZF2001, para peneliti menemukan bahwa tingkat antibodi penetral naik dengan interval yang bertambah antara dosis kedua dan ketiga, terutama untuk melawan subvarian Omicron.
Bagi penerima vaksin yang memiliki interval empat hingga enam bulan antara dosis kedua dan ketiga, tingkat antibodi penetral mereka lebih tinggi hampir 10 kali lipat terhadap varian aslinya, dan 30 kali lipat terhadap semua subvarian Omicron, dibandingkan dengan mereka yang memiliki interval satu bulan antardosis.
Para peneliti menjelaskan bahwa kinerja yang lebih baik dari ZF2001 merupakan akibat penggunaan domain pengikat reseptor sebagai antigen, yang dapat menyebabkan tingginya tingkat antibodi penetral untuk melawan subvarian Omicron melalui pemberian beberapa dosis booster.
ZF2001 dikembangkan bersama oleh Institut Mikrobiologi di bawah CAS dan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co. Ltd. China memberikan persetujuan pasar bersyarat untuk vaksin tersebut pada Maret.
Subvarian Omicron BA.5 menjadi galur dominan COVID-19 di seluruh dunia dan menyebabkan infeksi klaster di China. Sejumlah wilayah, termasuk Beijing, Tianjin, dan Shaanxi, baru-baru ini melaporkan kasus COVID-19 penularan lokal subvarian Omicron yang berasal dari luar negeri.
Menurut penelitian itu, untuk perlindungan yang lebih baik terhadap immune escape (kemampuan untuk menghindar atau mengelabui sistem kekebalan tubuh) dari berbagai subvarian epidemi saat ini dan kemungkinan di masa depan, pengembangan vaksin yang diperbarui sebagai booster masih diperlukan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022