Medan (ANTARA News) - Peternakan babi yang berlokasi di Kecamatan Medan Denai perlu ditertibkan karena disamping meresahkan warga juga menimbulkan aroma busuk yang setiap hari terhirup masyarakat di daerah tersebut.

Pantauan ANTARA di Medan, Kamis, lokasi peternakan babi tersebut di Jalan Tangguk Bongkar XI di Perumnas Mandala II, Jalan Jermal di pinggiran Sungai Denai dan Jalan Pancasila Medan.

Salah seorang warga Medan Denai, Azwan (35) mengatakan, perternakan babi di Jalan Tangguk Bongkar itu sudah cukup lama, sering ditertibkan oleh petugas Pemko Medan.

Namun, sampai saat ini warga yang beternak babi di belakang rumahnya itu, masih terus memelihara hewan tersebut.

"Peternak babi itu seolah-olah tidak takut.Pemko Medan perlu bertindak tegas untuk mengamankan ternak tersebut," katanya.

Lebih jauh ia, ia mengatakan, warga yang memelihara babi di Jalan Tangguk Bongkar XI itu mencapai puluhan kepala keluarga (KK).

Kemudian, di Jalan Jermal di pinggiran Sungai Denai, warga yang memelihara babi sebanyak 50 KK dan Jalan Pancasila sekitar 15 KK.

"Segala kotoran ternak babi itu dibuangkan ke Sungai Denai, ini sangat berbahaya dan menimbulkan penyakit gatal-gatal bagi warga yang berada di lokasi ternak itu, " ujar dia.

Hal sama juga disebutkan, Ucok (52), bila hujan turun kotoran ternak babi di Jalan Tangguk Bongkar itu mengalir ke depan rumah warga, mengeluarkan aroma yang tidak sedap.

"Kotoran ternak babi itu, jelas membuat penciuman warga yang melintas di lokasi itu terganggu, dan menimbulkan gatal-gatal di hidung," katanya.

Sebelumnya, puluhan orang yang mengaku Aliansi Masyarakat Peduli Medan Kota Metropolitan melakukan unjukrasa ke Pemko Medan, minta agar peternakan babi di kota itu segera ditertibkan karena sangat meresahkan masyarakat dan dapat menimbulkan penyakit.

Kordinator aksi, Akhiruddin dalam orasinya di Medan, mengatakan, peternakan babi atau hewan kaki empat itu akhir-akhir ini semakin merajalela dan terus "menjamur"

Namun, pihak Dinas Penertiban di daerah itu kelihatannya seperti tutup mata dan terus membiarkan peternakan babi berkembang.

Bahkan, aparat yang berwenang itu seolah-olah tidak peduli atau mau memperbaiki Kota Medan agar selalu bersih yang selama ini menjadi salah satu tujuan wisata di tanah air.

"Pemko Medan kelihatannya takut untuk melakukan perbaikan terhadap kota ini.Terbukti sudah dua tahun anggaran, Pemko Medan tidak merealisasikan program penertiban peternakan babi tersebut " katanya.


Beternak babi menguntungkan, makin diminati

Lebih jauh ia menjelaskan, peternakan hewan kaki empat, khususnya ternak babi yang hampir merata mengelilingi kota Medan. Dimulai dari Medan Belawan, Marelan, Helvetia, Sunggal, Selayang, Tuntungan, Amplas, Area, Kota dan Medan Denai.

Bahkan, katanya, peternakan babi ini cenderung akan bertambah terus, masyarakat semakin tertarik untuk beternak hewan tersebut.

Sementara itu, bahaya dari peternakan babi itu, dapat menimbulkan penyakit Tuberclosis (TBC), penyakit hidrochepalus (kepala besar) apabila mengkonsumsi daging babi yang terkontaminasi.

Selain itu, peternakan babi itu dapat mengganggu estetika kota yang rusak akibat kandang yang jorok, sembraut dan tidak sesuai dengan tata ruang kota Medan.

Terganggunya keharmonisan masyarakat akibat polusi udara yang dikeluarkan peternakan babi.Di kota Medan sangat banyak peternakan babi liar, berdekatan dengan rumah ibadah, rumah sakit dan sekolah.

Asisten Pemerintah Kota Medan, Dauta Sinurat yang menerima para pengunjukrasa itu, mengatakan, pihaknya akan menyampaikan pernyataaan sikap itu kepada Walikota Medan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009