Jakarta (ANTARA) - Industri makanan di Finlandia sedang menghadapi situasi serius, kata Mikko Kakela, direktur pelaksana Federasi Industri Makanan dan Minuman Finlandia (ETL), kepada lembaga penyiaran nasional Finlandia, Yle, pada Senin (11/7).
Kakela menyebutkan masalah di industri makanan di Finlandia itu terkait dengan sejumlah faktor, termasuk panen yang lemah pada musim panas tahun lalu, sejumlah masalah logistik yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, serta kenaikan tajam harga bahan baku dan energi akibat konflik Rusia-Ukraina.
"Saat ini industri makanan menghabiskan biaya yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya untuk produksi primer. Konsumen harus bersiap menghadapi fakta bahwa pada musim gugur pun harga makanan akan jauh lebih tinggi dari sebelumnya," kata Kakela, seperti dikutip oleh Yle.
Biaya produksi makanan semakin meningkat akibat upaya industri tersebut untuk mengurangi ketergantungannya terhadap energi impor, terutama terhadap energi fosil dari Rusia.
Tekanan biaya itu belum disalurkan kepada pelanggan industri makanan, yaitu sektor retail, katering dan pengadaan publik, ujar Kakela.
Kakela lebih lanjut mengatakan dia memperkirakan tantangan-tantangan bagi industri makanan itu akan bertahan untuk waktu yang lama. Hal itu karena tekanan biaya di Finlandia belum disalurkan ke harga konsumen secepat di banyak negara lain.
Meski rantai pasokan makanan di Finlandia tengah menghadapi tantangan besar, Kakela meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menahan diri untuk tidak menimbun produk makanan.
Dia mengatakan bahwa tingkat swasembada pangan di Finlandia mencapai 80 persen. "Kita memiliki cukup makanan dan minuman," demikian Kakela menekankan.
ETL mewakili 600 dari 1.800 perusahaan di Finlandia yang aktif di industri makanan dan minuman. Industri makanan di Finlandia mempekerjakan 38.000 orang, sedangkan sektor rantai pasokan makanan secara keseluruhan mempekerjakan sekitar 266.000 orang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022