Wellington (ANTARA News) - Sembilan nelayan Indonesia yang melompat dari kapal di Selandia Baru sebagai protes atas kondisi kerja yang tak manusiawi telah dikirim pulang ke Indonesia, laporan berita menyatakan Rabu. Serikat pekerja kapal menyatakan semakin meningkatnya jumlah nelayan asing yang meninggalkan kapal mereka di berbagai pelabuhan Selandia Baru karena mereka tidak dibayar atau disiksa secara fisik dan menyerukan kepada pemerintah agar memantau kondisi kerja mereka. Kesembilan warganegara Indonesia tersebut melarikan diri dari kapal pukat yang dicarter Korea Selatan, Marinui, di Dunedin pada 10 Maret dan melapor kepada polisi bahwa mereka tidak diperkenankan tidur dan disemprot air dengan selang tekanan tinggi jika mereka melanggar aturan yang telah ditetapkan. Seorang dari mereka menuturkan kepada Otago Daily Times bahwa 25 anak buah kapal Indonesia dipaksa bekerja hingga 48 jam tanpa tidur, harus berdiri telanjang di dek dan dipukul wajahnya dengan cumi-cumi jika mereka lambat bekerja. Trevor Hanson dari Maritime Union, menyatakan para pejabat imigrasi Selandia Baru hendaknya memantau penempatan nelayan asing di perairan Selandia baru di negara asal mereka. "Ini satu-satunya cara untuk memastikan para pekerja dipekerjakan berdasarkan syarat dan kondisi yang layak sesuai dengan standar Selandia Baru dan perjanjian kerja yang tepat," katanya, seperti dilaporkan DPA. Menteri Imigrasi David Cunliffe mengatakan kepada Radio Selandia Baru industri perikanan telah menyatakan kesediaan untuk memperbaiki kondisi bagi para anak buah kapal asing dan jika belum, ia akan memaksakan hal itu. (*)
Copyright © ANTARA 2006