Denpasar (ANTARA) - Sejumlah Komunitas Peselancar membentangkan poster di laut sebagai bentuk penolakan terhadap pemindahan lokasi pembangunan terminal gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) di Kawasan Tahura Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu.

Komunitas peselancar menyatakan sikap menolak rencana pemerintah memindahkan lokasi pembangunan LNG dari Benoa ke Tahura Ngurah Rai pada acara Baby Reef Board Rider seri 4 di Pantai Mertasari, Sanur, Bali.

Direktur Acara Denpasar Series Ode Sukmadi Putra dalam rilis yang diterima di Denpasar, Bali, Sabtu mengatakan aksi pembentangan poster berukuran 4x4 tersebut dilakukan di tengah laut tepat di tapak proyek yang akan dikeruk untuk alur pelayaran kapal Terminal LNG di Kawasan Pesisir Sanur, Denpasar, Bali.

Aksi tersebut kata Ode sebagai bentuk protes Komunitas Peselancar terhadap rencana pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove dan perairan Sanur yang nantinya akan menimbulkan dampak buruk bagi perairan Pantai Sanur.

Baca juga: BKSDA optimalkan 40 ribu hektar mangrove Kalsel serap karbondioksida

Baca juga: Kemenparekraf dukung pengurangan emisi karbon lewat penanaman mangrove

Pihaknya menjelaskan selama ini perairan Sanur digunakan untuk acara kreatif oleh komunitas surfing atau peselancar.

"Apabila pembangunan terminal LNG di Kawasan mangrove juga dibarengi dengan pengerukan untuk alur kapal tersebut, maka akan dipastikan lingkungan perairan kami akan rusak" kata dia.

I Gusti Bagus Antara selaku Koordinator Denpasar Series yang juga ikut dalam aksi ini menekankan hal yang sama.

Gusti Bagus mengatakan acara tersebut juga didedikasikan untuk melestarikan dan menyelamatkan Terumbu Karang yang merupakan ekosistem laut yang memiliki fungsi penting dalam menjaga kualitas lingkungan.

Dia menegaskan pengerukan (dredging) yang akan dilakukan dalam pembangunan Terminal LNG di kawasan mangrove akan berdampak buruk terhadap keberadaan Terumbu Karang.

"Kami sangat menolak pengerukan tersebut karena akan merusak terumbu karang dan berpengaruh secara signifikan terhadap nasib kami yang selama ini beraktivitas di pesisir," kata Gusti Bagus.

Dia mengatakan sebagian besar masyarakat Intaran Sanur merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupannya di pesisir.

"Jadi lingkungan laut serta pesisir harus senantiasa kita jaga, salah satunya dari proyek yang merusak lingkungan seperti pembangunan Terminal LNG di kawasan mangrove," kata dia.

Aksi penolakan terhadap pemindahan lokasi pembangunan terminal LNG juga dilakukan oleh warga masyarakat Intaran Sanur dan sejumlah organisasi seperti Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali, Front Demokrasi Perjuangan Rakyat (Frontier) Bali dan Kekal Bali.*

Baca juga: Papua Barat inisiasi kelompok kerja mangrove daerah

Baca juga: Ini alasan Kabupaten Tangerang ditunjuk jadi tuan rumah PEMSEA 2022

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022