New York (ANTARA) - Wall Street bervariasi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah sesi bergejolak di mana investor mencoba memahami bagaimana laporan pekerjaan yang kuat akan mempengaruhi Federal Reserve AS dan rencananya untuk secara agresif menaikkan suku bunga.
Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 46,4 poin atau 0,15 persen, menjadi menetap di 31.338,15 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 3,24 poin atau 0,08 persen, menjadi berakhir di 3.899,38 poin. Indeks Komposit Nasdaq bertambah 13,96 poin atau 0,12 persen, menjadi ditutup di 11.635,31 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor material dan real estat masing-masing melemah 1,0 persen dan 0,55 persen, memimpin penurunan. Namun, kelompok perawatan kesehatan dan teknologi naik tipis.
Untuk minggu ini, indeks Dow naik 0,8 persen, sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing terangkat 1,9 persen dan 4,6 persen.
Meskipun perdagangan bergejolak, Nasdaq membukukan kenaikan hari kelima berturut-turut - keuntungan beruntun terpanjang sejak awal November - dan ketiga indeks acuan berakhir dengan kokoh untuk minggu yang dipersingkat oleh liburan Hari Kemerdekaan.
Data Departemen Tenaga Kerja yang ditunggu-tunggu pada Jumat (8/7/2022) menunjukkan penggajian non-pertanian (NFP) AS naik 372.000 pekerjaan pada Juni, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 268.000 pekerjaan, menurut jajak pendapat ekonom Reuters.
Laporan tersebut juga menunjukkan tingkat pengangguran tetap di dekat posisi terendah pra-pandemi di 3,6 persen dan pendapatan per jam rata-rata naik 0,3 persen, setelah naik 0,4 persen pada Mei.
Setelah paruh pertama tahun ini yang brutal, pasar saham AS memulai Juli dengan pijakan yang kuat karena investor mengambil bantuan dari pelonggaran harga komoditas dan Fed mengisyaratkan program kenaikan suku bunga yang lebih keras di tengah kekhawatiran resesi.
"Kami pikir pasar memiliki ukuran yang tepat, dan akan terus menyesuaikan saat kami melihat data makro dan saat kami bekerja melalui musim (laporan) laba," kata Mike Loukas, kepala eksekutif TrueMark Investments.
"Sekarang masalahnya orang mencoba mencari tahu di mana titik masuknya, dan di mana dasarnya atau apakah kita dekat dengannya."
Namun, investor tetap gelisah, menyaring setiap data baru dan komentar dari gubernur Fed untuk melihat bagaimana hal ini dapat mempengaruhi rencana bank sentral AS untuk secara dramatis mengubah suku bunga lebih tinggi.
Ini menghasilkan perdagangan naik-turun pada Jumat (8/7/2022), dengan ketiga indeks acuan mengalami periode di wilayah positif dan negatif.
"Pasar mencurigai ketika Anda mulai melihat tanda-tanda yang benar-benar kuat dari The Fed yang melonggarkan jalur kenaikan suku bunga dan indikator utama meningkat, kita mungkin akan mendapatkan pergerakan ke atas yang cukup bagus di pasar, dan tidak ada yang mau melewatkan itu," kata Derek Izuel, kepala investasi di Shelton Capital Management.
Dengan musim laporan keuangan perusahaan kian dekat, investor akan fokus pada perkiraan perusahaan serta data inflasi utama yang diharapkan minggu depan untuk mengukur kesehatan ekonomi.
Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, sampai saat ini di antara pembuat kebijakan bank sentral yang paling dovish, mengatakan pada Jumat (8/7/2022) bahwa dia "sepenuhnya" mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi akhir bulan ini.
Presiden Federal Reserve New York, John Williams tidak menentukan apakah dia mendukung kenaikan setengah poin atau tiga perempat poin pada pertemuan Fed Juli mendatang, tetapi mengakui kenaikan suku bunga mempengaruhi perekonomian.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 9,60 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 13,03 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup melonjak, seiring redanya kekhawatiran resesi
Baca juga: Saham Inggris berakhir menguat, indeks FTSE 100 terkerek 0,10 persen
Baca juga: Dolar cenderung datar setelah data pekerjaan AS kalahkan ekspektasi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022