Jakarta (ANTARA) - Jusuf Kalla mengenang pertemuannya dengan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat Asia-Europe Meeting (ASEM) di Ulaanbaatar, Mongolia, tahun 2016, di mana saat itu Shinzo Abe menghampirinya untuk berdiskusi soal proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya.
"Ada peristiwa yang selalu saya tidak lupakan, waktu pertemuan di Mongolia, waktu pertemuan ASEM. Beliau (Shinzo) hadir bersama pemimpin-pemimpin Asia dan Eropa lainnya," kata Jusuf Kalla (JK) dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Dalam KTT ASEM Ke-11 di Mongolia itu, JK ingat saat itu dia duduk berjauhan dengan Shinzo ketika sedang menyaksikan acara pertunjukan. Namun, dengan rendah hati, Shinzo beranjak dari tempat duduknya dan mendatangi JK untuk berdiskusi terkait peningkatan kerja sama antara Jepang dan Indonesia.
Baca juga: JK: Shinzo Abe pemimpin sangat baik dan sahabat Indonesia
"Saya agak jauh duduk dan beliau datang pada saya, justru menyampaikan ‘Jepang masih ada proyek yang ingin diselesaikan di Indonesia, yaitu proyek TV digital dan proyek kereta api cepat Surabaya-Jakarta’. Bagaimana perkembangannya dan dia minta agar bisa diselesaikan dengan cepat," jelasnya.
JK mengingat pertemuan terakhir mereka saat Sidang Umum PBB Tahun 2019 di New York, AS, di mana JK saat itu sebagai Wakil Presiden RI dan Shinzo Abei sebagai PM Jepang.
"Pertemuan saya yang terakhir waktu di PBB dan setiap kali ke Jepang, pasti saya ketemu dengan beliau (Shinzo) karena beliau sangat terbuka untuk membicarakan masalah hubungan bilateral. Itu kenangan yang baik dengan beliau," ujarnya.
Baca juga: JK sampaikan belasungkawa atas wafatnya Shinzo AbeBaca juga: Presiden Jokowi sampaikan belasungkawa atas wafatnya Shinzo Abe
Shinzo Abe merupakan politikus Jepang yang pernah menjabat sebagai PM selama empat periode. Dia ditembak saat sedang menyampaikan pidato politik di Nara, Jumat.
Shinzo menderita luka tembak di lehernya dan mengalami kerusakan di jantungnya akibat serangan itu. Dia sempat sadar dan responsif dalam beberapa menit setelah ditembak, namun kondisi pria berusia 67 tahun itu memburuk.
Dokter menyatakan tidak ada tanda-tanda vital yang terdeteksi saat dia dievakuasi untuk mendapatkan perawatan dan dia sempat harus menerima transfusi darah di rumah sakit.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022