Kami sudah menyatu dengan Slamet dan sebentar lagi akan kehilangan, tentunya sedih
Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Sapi jenis simmental bernama Slamet milik Mulyono, peternak di Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur terpilih menjadi hewan kurban yang dibeli Presiden Joko Widodo pada Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.

Warga Suku Tengger tersebut tidak menyangka sapi nya dibeli oleh orang nomor satu di Indonesia dengan harga Rp100 juta dan akan dijadikan hewan kurban oleh Presiden Jokowi di Masjid Al-Akbar Surabaya pada Hari Raya Kurban.

Sapi yang diberi nama Slamet itu berusia 2,5 tahun dengan bobot 1,1 ton dan sering menjuarai kontes sapi yang digelar di sejumlah daerah seperti di Kabupaten Jember beberapa waktu lalu.

Mulyono mengaku sebelumnya tidak menyangka jika sapi piaraannya dibeli oleh Presiden Jokowi, bahkan ketika mendapat kabar tersebut perasaanya campur aduk tidak karuan.

Perasaan Mulyono antara suka dan duka. Sukanya karena bisa merawat sapi dan setelah besar dibuat kurban Bapak Presiden, namun dukanya ia akan kehilangan ternak kesayangannya.

"Kami sudah menyatu dengan Slamet dan sebentar lagi akan kehilangan, tentunya sedih," tuturnya.

Baca juga: Presiden Jokowi beli sapi 1,07 ton dari peternak Bantul untuk kurban
Baca juga: Presiden Jokowi kembali berkurban sapi di 34 provinsi

Beli Pedet
Ia menceritakan awal mula membeli Slamet saat masih kecil (pedet) berusia 6 bulan dengan bobot sekitar 1,5 kuintal seharga Rp15,6 juta di Pasar hewan Wonoasih Kota Probolinggo sekitar tahun 2020.

Kini Slamet telah berusia 2,5 tahun dengan bobot 1,1 ton dan sering menjuarai lomba kontes sapi, sehingga presiden dua periode itu memilihnya untuk dijadikan hewan kurban pada Idul Adha 1443 Hijriah.

Sebelum dibeli Jokowi, Slamet sering menjuarai kontes sapi yang digelar di beberapa daerah, sehingga dari kontes tersebut, para youtuber itu mengunggah video Slamet dan akhirnya viral.

Mulyono awalnya bertemu dokter hewan ketika ada sosialisasi penyakit kuku dan mulut (PMK) di salah satu desa di Kecamatan Sukapura, kebetulan dokter tersebut pernah mendampingi Slamet saat kontes sapi di Kabupaten Jember.

Dokter hewan itu bertanya apakah Slamet dijual untuk Hari Raya Kurban? dan Mulyono menjawab tidak apa-apa kalau harganya cocok dan dokter tersebut menyampaikan bahwa untuk hewan kurban Presiden Jokowi butuh sapi jumbo.

Dari sanalah, Slamet mendapat rekomendasi dan memenuhi syarat sebagai hewan kurban presiden, kemudian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur turun untuk melakukan serangkaian pengecekan kepada Slamet.

Pemeriksaan tersebut meliputi bobot, ukuran sapi dan kesehatannya, kemudian pengambilan sampel kotoran dan darahnya. Selanjutnya pihak dokter hewan datang lagi pada malam hari untuk melakukan tes usap terhadap Slamet dan diambil sample darahnya lagi.

Baca juga: Sapi kurban milik Presiden Jokowi di Selayar Sulsel berbobot 1.006 kg
Baca juga: Presiden Jokowi beli sapi kurban dari peternak Lombok Timur

Bebas PMK

Dari hasil pemeriksaan, diketahui Slamet dinyatakan sehat, bebas dari antraks dan negatif PMK, sehingga staf khusus Presiden pada 28 Juni 2022 datang menemui Mulyono untuk membeli si Slamet seharga Rp100 juta.

Petugas Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur kembali melihat Slamet di kandangnya pada Rabu (6/7) dan mengecek kesehatannya, kemudian menyampaikan bahwa sapi tersebut harus ada di Masjid Al-Akbar Surabaya pada Sabtu (9/7) sore atau H-1 Idul Adha 1443 Hijriah yang jatuh pada hari Minggu (10/7) untuk dikurbankan.

Mulyono masih memelihara Slamet pada Kamis (7/7) ini karena saat menandatangani kontrak, Staf Khusus Presiden Jokowi menitipkan terlebih dahulu selama 10 hari kepadanya, sehingga pakan dan minumnya menjadi tanggung jawabnya.

Mulyono mengaku untuk pakannya tidak ada bedanya dengan pakan yang diberikan oleh peternak lainnya, hanya saja ia terkendala dengan air karena di kandang Slamet untuk mendapatkan air susah dan tidak ada air.

Ia menceritakan bahwa kandang ternaknya jauh dari rumah dan jarak kandang ke rumahnya sekitar 1,5 kilometer, sehingga untuk minum Slamet dibawa dari rumah setiap hari, sedangkan untuk mandi sapinya harus menunggu air hujan yang ditampung, sehingga jika tidak ada hujan maka tidak mandi.

Untuk pakan rumput banyak tersedia di sekitar kandang, sehingga ia tidak susah mencari pakan rumput untuk hewan ternak kesayangannya itu dan dengan mudah memberikan pakan Slamet.

Saat ditanya bagaimana menjaga Slamet dari wabah PMK yang menyebar secara luas, Mulyono mengatakan sebenarnya mudah yakni menjaga warga di sekitar kandang tidak ada yang membeli sapi dari daerah yang positif PMK.

Kemudian peternak harus menjaga kebersihan kandang secara berkala dan memberikan pakan ternak yang bernutrisi tinggi agar tetap sehat, sehingga dengan begitu ternak tidak mudah tertular PMK.

Baca juga: Satgas minta masyarakat hati-hati kontak dengan hewan terinfeksi PMK
Baca juga: Satgas PMK atur lalu lintas hewan ternak dan produk di tengah wabah

Apresiasi

Sementara Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo) Kabupaten Probolinggo Yulius Christian mengapresiasi kepiawaian Mulyono menjaga Slamet dari wabah PMK di wilayah setempat.

Ia berharap, kisah Pak Mulyono memberikan motivasi kepada para peternak lainnya bahwa wabah PMK bisa diatasi secara bersama-sama, sehingga peternak dapat berkontribusi aktif untuk mengendalikan wabah penyakit yang menyerang hewan ternak peliharaannya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian mencatat bahwa jumlah sapi potong di Kabupaten Probolinggo pada triwulan pertama tahun 2022 sebanyak 312.932 ekor dan sapi perah pada periode yang sama tercatat 8.160 ekor.

Plt Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko mengatakan pihaknya optimistis bisa mengatasi persoalan PMK bersama masyarakat terutama para peternak di Kabupaten Probolinggo.

Hingga 7 Juli 2022, jumlah sapi yang terpapar PMK sudah mencapai 12.728 ekor atau 3,96 persen dari total populasi di Kabupaten Probolinggo sebanyak 321.092 ekor, domba yang terindikasi terkena PMK sebanyak 50 ekor, dan kambing sebanyak 58 ekor.

Dari data tersebut, secara rinci sapi potong yang terkena PMK mencapai 9.721 ekor dengan persentasi 3,11 persen dari populasi terancam, namun jumlah ternak sapi yang sembuh cukup banyak mencapai 1.038 ekor dan ternak yang mati sebanyak 46 ekor.

Untuk sapi perah yang terindikasi PMK sebanyak 3.007 ekor dengan persentasi 36,85 persen dari populasi terancam, sedangkan jumlah sapi yang sembuh sebanyak 78 ekor dan mati sebanyak 96 ekor.

Meskipun jumlah ternak yang terkena PMK banyak, tetapi permasalahan penyakit itu masih bisa diatasi bersama-sama dengan pemberian nutrisi yang baik, pengobatan yang sakit dan vaksinasi PMK.

Pemkab Probolinggo juga telah bergerak cepat untuk menangani wabah PMK antara lain menggunakan anggaran dana taktis APBD Kabupaten Probolinggo tahun 2022 melalui belanja tidak terduga (BTT).

Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo mengajukan permohonan dana sebesar Rp13 miliar untuk penanganan wabah PMK secara menyeluruh di wilayah setempat yang mencakup pembelian obat, vaksin, alat-alat perlindungan diri (APD) dan dana Satgas PMK.

Pengajuan dana BTT tersebut juga dikonsultasikan kepada aparat penegak hukum Kejaksaan Negeri Kabupaten Probolinggo dengan meminta legal opinion (pendapat hukum) dalam menggunakan dana BTT untuk penanganan PMK agar ke depannya tidak terjadi masalah atau terjerat kasus hukum.

Dan yang terpenting adalah peran aktif peternak untuk bisa melakukan pencegahan penyebaran PMK secara mandiri seperti yang dilakukan Mulyono untuk menjaga "Slamet" agar terhindar dari virus PMK.

Baca juga: Satgas PMK: Peternak jalankan "testing" dan karantina hewan ternak

Baca juga: Satgas PMK minta Pemda pastikan kasus PMK dimasukkan dalam iSIKHNAS

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022