Jakarta (ANTARA News) - Meneg BUMN Sugiharto membantah keputusan pembagian pengelolaan ladang minyak dan gas di Blok Cepu yang dipimpin oleh ExxonMobil karena adanya tekanan dari pemerintah Amerika Serikat. "Saya bersumpah tidak pernah satu pun yang mempengaruhi saya untuk urusan ini," kata Sugiharto di Kantor Kepresidenan Jakarta, Selasa. Terkait keputusan itu diambil sebelum kedatangan Menlu AS, Condoleezza Rice ke Jakarta, Selasa siang, Sugiharto mengatakan dirinya bahkan tidak mengetahui kalau Menlu AS itu mau datang. "Tidak ada urusannya dengan itu," katanya. Ia menjelaskan bahwa perundingan mengenai pembagian pengelolaan Blok Cepu itu sudah dilakukan dengan sangat hati-hati dengan mengutamakan kepentingan rakyat. "Saya itu paling terdepan membela Pertamina. Kita sudah 34 kali rapat dan bertempur habis-habisan, sehingga muncul keputusan Joint Operation dan bukan Single Operation," katanya. Mengenai keputusan ExxonMobil kemudian menjadi komandan atau General Manager Executif Project Blok Cepu, Sugiharto mengemukakan jabatan itu hanya merupakan pelaksana dari keputusan yang diambil oleh Joint Operating Committee yang diketuai oleh Pertamina. "Jadi setiap pengeluaran yang riil harus diperiksa Pertamina sebagai ketua Committee," katanya. Sugiharto mencontohkan jika Blok Cepu menghasilkan 100 barel per hari, maka yang didapat ExxonMobil sebanyak 6,75 barel, sedangkan sisanya 93,25 barel merupakan milik rakyat Indonesia yang menjadi bagian pemerintah, Pertamina ataupun Pemda. Ditambahkannya kesepakatan pengelolaan Blok Cepu ini diperkirakan akan meningkatkan produksi minyak Pertamina sekitar 20 persen, namun baru bisa dicapai pada awal tahun 2009. Setelah kesepakatan ini, katanya, Pertamina harus segera mencari dana untuk pembiayaan pengelolaan Blok Cepu tersebut. (*)
Copyright © ANTARA 2006