“Sejak Presiden Abdelmadjid Tebboune terpilih pada Desember 2019, dia telah meluncurkan reformasi politik secara besar-besaran, seperti tiga pemilu dalam dua tahun 2020-2021, konstitusi baru, dan pembentukan parlemen,” ujar ujar Lahcene Kaid-Slimane dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Pernyataan tersebut disampaikan Lahcene Kaid-Slimane dalam peringatan hari kemerdekaan Aljazair ke-60 di Jakarta, Selasa (5/7).
Reformasi politik tersebut, lanjut dia, merupakan bentuk dari demonstrasi stabilitas negara dan perubahan damai untuk memperkuat demokrasi, supremasi hukum, dan pemerintahan yang baik.
Aljazair juga terlibat dalam pembangunan ekonomi modern dengan program pemerintah yang masif. Berkat sumber daya alamnya terutama hidrokarbon, indikator menunjukkan kemajuan sosial dan ekonomi di semua lini, kata Slimane
Ia mengatakan kemajuan tersebut bahkan terlepas dari krisis dunia akibat pandemi COVID-19 dan dampak konflik Rusia-Ukraina.
“Populasi kita adalah 45 juta termasuk 70 persen dari kaum muda. Tantangannya yaitu dalam infrastruktur, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi, air, investasi asing,” kata dia.
Aljazair, lanjut Slimane, merupakan negara terbesar di Afrika dengan lokasi strategis untuk membentuk hubungan politik, ekonomi dan budaya antara Afrika, Timur Tengah dan Eropa.
Ia juga mengatakan prinsip-prinsip dasar diplomasi Aljazair bersifat universal: kedaulatan, tidak ada campur tangan dalam urusan internal, kerja sama, legalitas internasional, penentuan nasib sendiri.
Aljazair memainkan peran penting di PBB, Afrika dan Liga Arab dengan komitmen dalam isu-isu utama: perdamaian dan keamanan, solidaritas dalam pembangunan, memerangi terorisme, tujuan pembangunan, perubahan iklim, dan dialog budaya.
Slimane juga menceritakan sejarah Aljazair yang ditandai dengan perlawanan panjang dan heroik melawan kolonialisme Prancis selama 132 tahun.
Perjuangan itu berujung pada Revolusi 1 November 1954 yang dipimpin oleh Front Nasional Pembebasan.
Aljazair mendapatkan kembali kemerdekaannya pada 5 Juli 1962 setelah Perang Pembebasan yang mengerikan selama tujuh setengah tahun.
Sedikitnya 1,5 juta orang Aljazair dibunuh oleh sistem kolonial, kata dia.
Baca juga: Dubes: Aljazair-Indonesia miliki sejarah persahabatan, solidaritas
Baca juga: Aljazair Serukan Tingkatkan Hubungan Ekonomi dengan Jepang
Baca juga: Aljazair laporkan nihil kasus COVID, pertama dalam dua tahun
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022