Program tersebut telah mulai diinisiasi tiga tahun lalu dengan mempertimbangkan era digitalisasi yang mengubah pola dan gaya hidup lebih dari 70 persen penduduk Indonesia usia produktif yang di dalamnya termasuk atlet taekwondo.
Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Letjen TNI (Purn) Thamrin Marzuki mengatakan rencana program TIIS akhirnya dimatangkan pada rapat kerja nasional Januari 2022, yang kemudian berlanjut pada tahap persiapan, menuju sosliasi hingga uji coba.
"Melibatkan pakar taekwondo untuk mengevaluasi tiap tahapan untuk maju ke tahapan berikutnya. Alhamdulillah hari ini tahapan sudah kami lewati tinggal pelaksanaan," kata Thamrin dalam peluncuran di Jakarta, Rabu.
Thamrin menjelaskan bahwa program TIIS membantu dalam berbagai hal, mulai dari pengurusan administrasi atau terkait database system untuk kepengurusan organisasi taekwondo, dari tingkat dojang, Pengkot/Pengkab, Pengprov sampai dengan Pengurus Besar.
Menurut Thamrin, TIIS juga merupakan sarana untuk mempermudah registrasi dan penilaian Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) geup dan UKT DAN.
"Itu membutuhkan waktu luang, jadi kami nilai kurang efektif dan efisien karena surat keterangan kesehatan harus difotokopi, dilampirkan lagi KTP, itu butuh biaya dan waktu untuk mengirimkannya," ujar Thamrin, menambahkan bahwa pandemi juga mendorong untuk mengubah proses itu menjadi daring.
Tidak hanya itu, TIIS juga memiliki fitur pertandingan, diklat -- termasuk kepelatihan, wasit, penguji -- serta ranking nasional.
"Peringkat atlet untuk nasional kita akan buat jadi juga memacu atlet-atlet untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan untuk mendapat poin. Dengan ini semua masuk ke sistem kita bisa pantau," ujar Thamrin.
Baca juga: Indonesia buka Kejuaraan Dunia Taekwondo 2022 dengan medali perunggu
Baca juga: Taekwondo Indonesia kantongi emas pertama
Sistem pendukung DBON
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Zainudin Amali merespons positif diluncurkannya TIIS yang menurut dia sejalan dengan apa yang sedang di tuju saat ini sesuai dengan Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON.
"Kenapa kita harus melahirkan desain karena kita sadar selama ini prestasi yang muncul by accident. Desain Besar Olahraga Nasional adalah pabrik juara mengatur dari hulu sampai dengan hilir, mengatur dari kebugaran sampai prestasi," kata Menpora Amali.
"Kehadiran TIIS ini luar biasa bisa menjadi pendukung Desain Besar Olahraga Nasional yang sedang kita kerjakan."
DBON fokus pada cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade, dan taekwondo menjadi salah satu dari cabang olahraga itu. Program TIIS menjadi penerapan dari ilmu teknologi atau sport science untuk memperkuat cabang olahraga DBON.
Lebih jauh, menurut Menpora Amamli TIIS bisa menjadi contoh bagaimana organisasi induk cabang olahraga mampu mengakomodasi dan menjawab tuntutan kebutuhan tata kelola organisasi modern.
"Sistem ini dalam tanda kutip kita akan paksa supaya setiap hari kita bisa pantau perkembangan atlet pelatnas. Karena ini yang kita perlukan. Kita tidak bisa lagi menggunakan cara yang konvensional," ujar Menpora Amali.
Hal senada juga disampaikan Ketua KONI Pusat Letjen TNI (Purn) Marciano Norman yang mengungkapkan bahwa TIIS akan memudahkan dalam hal talent scouting atau pencarian talenta muda.
"Dengan database lebih mudah kita memanggil atlet untuk pelatnas tidak susah, tidak lagi ada suka dan tidak suka. Oleh karena itu, ini lebih transparan dan terpercaya," kata Marciano.
"Saya berharap yang dilakukan PBTI ini juga bisa dilakukan oleh cabang olahraga lain, sehingga saya akan mendorong seluruh cabang olahraga memiliki platform seperti ini," ujarnya menambahkan.
Baca juga: DBON jadi harapan baru bagi peningkatan prestasi olahraga
Baca juga: Wapres koordinasikan Desain Besar Olahraga Nasional dengan Menpora
Baca juga: Presiden Jokowi minta Menpora konsisten terapkan DBON
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022