Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan pelaku seni seperti dari kalangan seni rupa, pertunjukan, animasi, dan film harus disiapkan masuk ke dalam pasar digital.
Hal tersebut guna memanfaatkan nilai ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai Rp5.400 triliun di tahun 2030.
“Saat ini, ekonomi kreatif (ekraf) termasuk pelaku seni di dalamnya, menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia,” ujar dia di Yogyakarta, Jawa Tengah, lewat keterangan resmi, Jakarta, Rabu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017, pertumbuhan ekraf mencapai 5,06 persen dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 7,24 persen.
Adapun secara keseluruhan, proyeksi PDB ekraf mencapai Rp1.274 triliun pada tahun 2021.
"Kita sudah masuk era digital, dan sekarang ada Non Fungible Token (NFT) yang dapat dimanfaatkan oleh teman-teman pelaku seni," ucap Menkop.
Lebih lanjut, kehadiran teknologi digital membuat gaya hidup di seluruh dunia hampir seragam.
“Siapa yang punya penetrasi kuat untuk masuk ke dalam gaya hidup dunia maka harus bisa menentukan, apakah mau menjadi followers atau trend setter (pencipta tren)," ungkapnya.
Menurut Teten, pelaku ekraf harus memiliki kemampuan membuat narasi yang kuat tentang aktivitas seni di dalam ekosistem digital mengingat setiap negara sedang mencari keunggulan domestik masing-masing.
Di Indonesia, Menkop menganggap sektor seni budaya dapat menjadi unggulan domestik yang dapat diperkuat.
Ia mengharapkan seni di tanah air bisa terus bertumbuh sehingga berdampak terhadap perekonomian bangsa.
”Semua lembaga dunia memprediksi, Indonesia akan menjadi 5 negara besar dunia di tahun 2045 setelah Amerika, China, dan India. Kita harus menyiapkan mentalitas negara maju, bukan lagi inlander bukan lagi imperior, harus siap menjadi negara maju,” kata Teten.
Baca juga: Teten lecut generasi muda hadapi tantangan bisnis dengan usaha kreatif
Baca juga: Teten: Teknologi digital terbukti permudah akses pembiayaan UMKM
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022