Jakarta (ANTARA News) - Utusan khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk urusan Timur Tengah, Alwi Shihab, pada hari Senin berangkat ke Libia, Oman, dan Libanon untuk membahas hubungan bilateral, termasuk rencana kunjungan Presiden Libia Moammar Khadafi ke Indonesia. Hal itu diungkapkan Shihab usai bertemu Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin. Di Libia, Alwi mengatakan, selain mengenai kerja sama ekonomi, dirinya akan membicarakan rencana kedatangan Presiden Libia, Moammar Khadafi, ke Indonesia. "Presiden Libia "welcome" datang ke Indonesia dan saya diminta untuk menyampaikan secara lisan untuk pengaturan waktunya," kata Alwi. Namun ia belum dapat memastikan kapan kunjungan Khadafi ke Indonesia akan dilakukan. "Nanti Menlu (Hassan Wirajuda, red) yang akan mengatur itu. Tapi di balik itu (kunjungan Khadafi) kita harapkan ada investasi dari Libya," kata Alwi. Di bidang ekonomi, mantan Menko Kesra itu mengungkapkan dirinya sebelumnya telah melakukan pembicaraan dengan Libia tentang peluang negara tersebut untuk menanamkan modalnya di Indonesia, terutama di bidang minyak, gas, dan infrastruktur. "Saya sudah berbicara dengan Libia dan pihak Libia mengundang kami bersama beberapa pengusaha, BUMN, Pertamina untuk datang ke Libia guna membicarakan kemungkinan investasi dari Libia ke sini (Indonesia, red)," kata Alwi. Di Oman, Alwi akan menyaksikan penyerahan blok minyak dari perusahaan minyak Belanda, Shell, kepada Medco, perusahaan minyak milik Indonesia. Medco juga akan melakukan kerja sama di Libanon dengan perusahaan yang mendapat konsesi ladang minyak di Yaman. "Medco ini cukup agresif. Ke depan Pertamina juga demikian dan saya harapkan perusahaan-perusahan lainnya juga," ujarnya. Dari Oman, Alwi diperintahkan Presiden Yudhoyono untuk menghadiri konferensi internasional di Amerika Serikat. "Itu dalam rangka menjelaskan posisi Indonesia atau muslim Indonesia yang moderat ini dalam menanggapi karikatur dan bagaimana menggalakkan dialog antar agama sebagai upaya meredakan konflik dan ketegangan di dunia, khususnya antar umat beragama," katanya. Aljazair Sementara itu, Alwi mengungkapkan kepastian tentang rencana perusahaan minyak dan gas milik Aljazair, Sonatrach, untuk menyewa atau membangun terminal penempatan minyak dan gasnya di Indonesia. "Boleh dikatakan sudah positif keinginan dari pihak sana (Aljazair, red), sudah disampaikan secara tertulis. Pihak Kementerian Minyak Aljazair juga menyampapakan hal itu bahwa mereka berminat untuk membangun atau menyewa terminal, baik gas maupun `crude oil` (minyak mentah) di Indonesia," ujar Alwi tentang hasil kunjungannya baru-baru ini ke Aljazair. Pembicaraan selanjutnya antara Indonesia dan Aljazair, ujarnya, adalah tentang kepastian kerja sama, apakah melakukan patungan pembangunan terminal, ataukah Aljazair akan menyewa terminal milik Indonesia. Apapun bentuk kerja sama, Alwi meyakini hal itu akan menguntungkan Indonesia dari segi pemenuhan pasokan BBM. "Kalau ada `stock` di situ (terminal di Indonesia, red) tentu saja tidak mungkin ada kelangkaan di kemudian hari karena kita tidak perlu menunggu lama-lama pengapalan karena sudah ada `stock` di Indonesia," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006