Beijing (ANTARA) - Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 5.500 tahun yang lalu, manusia telah menerapkan pertanian jawawut dan peternakan babi dengan intensifikasi berkonsep berkelanjutan (sustainable) di China utara.

Studi-studi sebelumnya, melalui data isotop karbon tulang babi domestik, meyakini bahwa babi dan manusia di Zaman Neolitikum di China utara mengonsumsi jawawut, membentuk sebuah hubungan kompetitif.

Peneliti China dari Universitas Lanzhou menganalisis data yang diperoleh dari studi tentang fitolit dan pati dari residu gigi babi dan isotop biji-bijian jawawut yang digali dari situs Dadiwan, sebuah situs Neolitikum yang berasal dari 5.500 tahun silam di Provinsi Gansu, China barat laut.

Mereka menemukan bahwa orang-orang pada zaman itu mengonsumsi tanaman jawawut, babi diberi makan dengan sisa tanaman jawawut, dan ladang jawawut diberi pupuk dari kotoran babi, menunjukkan konsep berkelanjutan tanaman pangan-ternak yang intensif dalam pertanian.

Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability juga menyatakan sistem berkelanjutan tersebut pada akhirnya menopang masyarakat yang lebih kompleks, seperti berbagai kota dan negara di kawasan itu.


Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022