Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto mengatakan bahwa tingginya inflasi pada Juni 2022 membuat pemerintah harus mulai menyiapkan strategi untuk menahan kenaikan inflasi hingga akhir tahun.
Salah satu exit strategy tersebut adalah mewaspadai pergerakan harga-harga komoditas global seperti gandum dan minyak bumi yang terdampak oleh kondisi geopolitik di Eropa.
"Efeknya aksidental dan tentunya solusinya juga aksidental jangka pendek, hanya meredam gejolak harga temporal tersebut. Contohnya seperti kenaikan harga komoditas global saat ini," kata Agus saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Kedua, pemerintah juga harus memikirkan dan membuat roadmap ketahanan pangan, terutama bahan makanan yang selama ini sering kali menjadi penyebab utama inflasi di Indonesia.
"Masalah kedelai, jagung, cabai rawit, bawang merah, bawah putih, telur ayam, daging ayam, merupakan contoh dari masalah rutin dan selalu berulang karena mismanajemen mulai dari sektor hulu sampai hilir," ucap Agus.
Baca juga: Ekonom sebut kenaikan inflasi masih dalam batas wajar
Ketiga, melakukan perbaikan komprehensif lintas sektoral dari sektor hulu yang berada di Kementerian Pertanian, sampai sektor hilir yang berada di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
"Ini tidak bisa dilakukan instan, perlu waktu yang lebih lama, tapi bisa dilakukan. Hanya perlu political will dari pemerintah," tambahnya.
Ia mengatakan tingginya inflasi tersebut bisa memberikan ketidakpastian dan mengganggu potensi pertumbuhan, sehingga pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan dari kemungkinan kenaikan inflasi hingga akhir 2022.
"Saat ini menurut saya tantangan terbesar yang dihadapi perekonomian Indonesia adalah potensi terjadinya stagflasi yaitu kenaikan inflasi di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau bahkan kontraksi," tutup Agus.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan sebesar 4,35 persen (yoy) pada Juni 2022 atau sedikit lebih tinggi dari proyeksi empat persen plus minus satu persen. Realisasi ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017.
Baca juga: BI tak akan buru-buru naikkan bunga karena inflasi inti masih rendah
Baca juga: BPS catat inflasi Juni 2022 capai 0,61 persen
Pewarta: Ilham Kausar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022