tahun ini karena ada proses kesehatan H+30 baru bisa masuk ke sini
Jakarta (ANTARA) - Sejak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyebar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil langkah tegas khususnya untuk para pedagang hewan kurban.
Sejumlah persyaratan administrasi dan protokol kesehatan harus dipenuhi para pedagang sebelum bisa memperjualbelikan hewan kurban di wilayah DKI Jakarta.
Baca juga: Pedagang hewan kurban di Jaktim siapkan ruang karantina guna cegah PMK
Salah satu persyaratan yang harus dilakukan agar hewan kurban khususnya sapi bisa diperjualbelikan, yakni karantina hewan.
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa sapi yang masuk wilayah DKI Jakarta terbebas dari wabah PMK dan juga menjadi syarat terbitnya sertifikat kesehatan hewan kurban yang dijual dalam keadaan sehat.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) secara rutin memantau dan memeriksa kesehatan, serta mengimbau kepada para pedagang hewan kurban mengenai proses karantina ini.
Salah satu pemilik Tempat Penjualan Hewan Kurban (TPnHK), BliSapi yang berlokasi di wilayah Jakarta Timur, Dudut Andi mengatakan tahun ini telah mempersiapkan sejumlah protokol kesehatan untuk menjamin kualitas hewan kurban memenuhi persyaratan sehat dan layak jual.
Bahkan, pihaknya mempersiapkan kandang berbeda yang difungsikan sebagai Ruang Karantina untuk sapi yang baru tiba di Jakarta.
“Sesuai anjuran dari Sudin KPKP, kami menyediakan Ruang Karantina untuk sapi yang baru tiba, dimasukkan ke sana selama 14 hari sambil dipantau dan diperiksa,” ujar pria yang memiliki lima lokasi penjualan hewan kurban di Jakarta ini.
Andi menambahkan pihaknya akan mencampur sapi yang telah selesai karantina dan dinyatakan sehat melalui proses pemeriksaan kandang hewan kurban oleh Suku Dinas KPKP.
Baca juga: Anies lepas 865 petugas pemeriksa hewan dan daging kurban di Jakarta
Karantina dan protokol kesehatan
Saat memasuki tempat penjualan BliSapi yang ada di Jalan DR Sumarno, akan nampak dua kandang besar yang terpisah. Salah satu kandang yang berada di sebelah kiri memiliki spanduk besar yang bertuliskan "Ruang Karantina".
Namun, saat ini kondisinya telah sepi dan hampir kosong karena tidak ada sapi yang masuk karantina, bahkan menurut salah satu pengurus kandang ini hanya digunakan sebagai tempat penitipan sapi yang telah laku terjual dan menunggu proses pengantaran.
Salah satu pengurus BliSapi, Ilham Putra menuturkan sebelumnya ruang karantina ini selalu penuh saat awal membuka lapak berjualan.
Sejumlah sapi yang baru tiba dari Bali setelah dilakukan penyemprotan desinfektan langsung diarahkan ke Ruang Karantina dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan dari Sudin KPKP Pemkot Jakarta Timur.
“Sebelum dikirim ke sini sapi-sapi itu sudah kita karantina juga di Bali, setelah sampai Jakarta kita tetap lakukan lagi karantina disini jadi tidak tercampur dengan sapi yang sehat,” tuturnya.
Ilham melanjutkan selama karantina juga melakukan pemeriksaan acak dengan mengambil sampel darah dan liur sapi setiap dua hari sekali, dibantu oleh dokter hewan dari Sudin KPKP Jakarta Timur. Para pengurus kandang juga memantau aktifitas makan dan minum hewan sambil memberikan vitamin.
Pihak BliSapi mengakui wabah PMK ini cukup membuat khawatir terlebih proses penularan yang sangat cepat berpotensi menimbulkan kerugian besar. Maka dari itu pedagang juga menyiapkan antisipasi terburuk jika terjadi sesuatu.
“Selain ruang karantina ini, kita juga siapkan lahan untuk dijadikan lokasi isolasi kalau ada sapi yang positif, tapi Alhamdullillah sampai sekarang belum ada,” ujar Ilham.
Selain proses karantina, pengurus juga rutin melakukan sterilisasi area sekitar kandang, dengan selalu melakukan pembersihan dan menjaga kandang tetap kering atau tidak becek.
Penyemprotan desinfektan juga dilakukan setiap hari, tak hanya di area kandang, penyemprotan juga dilakukan kepada sapi yang ada dikandang. Bahkan para pembeli yang datang juga harus membersihkan diri dan disemprot disinfektan.
Pengurus juga melarang calon pembeli maupun pengunjung mendekati sapi yang ada dikandang, pembeli hanya tinggal memilih sapi yang ingin mereka lihat dilokasi observasi, setelah itu salah satu pengurus akan membawa sapi yang dipilih mendekat.
Baca juga: Pedagang di Jaktim sebut PMK tidak pengaruhi penjualan hewan kurban
Omzet dan kekhawatiran pembeli
Saat disinggung soal omzet penjualan hewan kurban tahun ini Ilham hanya tersenyum, ia mengatakan hal terpenting adalah menjamin hewan kurban ini sehat dan pembeli nyaman serta aman.
Bicara omzet, menurut dia, memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Ilham bisa membawa lebih dari 600 sapi ke Jakarta sebelum ada wabah PMK, berbeda dengan saat ini hanya bisa memboyong 300 ekor.
Terlebih lagi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berpengaruh terhadap.biaya transportasi pengiriman dan proses kesehatan serta karantina wilayah, turut serta membuat harga sapi melambung tinggi.
“Tahun sebelumnya kita sudah bisa bawa sapi ke Jakarta itu H+2 setelah Idul Fitri, tahun ini karena ada proses kesehatan H+30 baru bisa masuk ke sini, kendalanya di situ,” ungkap Ilham.
Ilham menganggap hal wajar ketika ada pembeli yang was-was, walaupun seluruh proses kesehatan telah dilakukan secara ketat dan sesuai prosedur.
Ilham meyakinkan para calon pembeli ini dengan menunjukkan semua dokumen dan sertifikat kesehatan hewan kepada konsumen.
Penjual juga sering kali memberikan edukasi umum soal kondisi sapi yang sehat, seperti bagian mulut yang tidak berlendir, kaki yang tidak terluka, serta tidak dalam keadaan lemas.
“Sapi yang penyakit itu pasti tiduran terus karena lemas, berdiri aja sapi tidak akan bisa,” ucap Ilham.
Para pedagang hewan kurban berharap, wabah PMK yang terjadi tahun ini bisa menjadi pelajaran agar pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bisa lebih sigap mengantisipasi penyebaran penyakit hewan itu pada masa mendatang.
Baca juga: Belasan sapi kurban yang terindikasi PMK ditemukan di Pasar Rebo
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022