Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak tiga Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) milik PT PLN yang dibangun sejak tahun 1998 belum juga memperoleh pasokan gas. General Manager Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban Jawa-Bali PLN Muljo Adji di Jakarta Minggu mengatakan, ketiga pembangkit dengan sistem dual firing (berbahan BBM atau gas) tersebut kini terpaksa menggunakan BBM yang mahal. "Karena tidak ada gas, terpaksa tiga pembangkit menghabiskan sekitar 9.000-10.000 liter solar per hari," ujarnya. Padahal, katanya, dulu pemerintah menjanjikan ketiga pembangkit akan mendapat pasokan gas, namun sampai sekarang belum juga. Karenanya, Mulyo yang juga merangkap sebagai juru bicara PLN itu menilai kebijakan gas domestik pemerintah belum berpihak kepada BUMN tersebut. Apalagi, lanjutnya, ketiga pembangkit yang didanai secara crash program itu dibangun guna mengatasi krisis pasokan listrik di sistem Jawa-Bali. Ketiga pembangkit berdaya 2.342 MW tersebut adalah PLTGU Muara Tawar, Bekasi, Jawa Barat 982 MW, PLTGU Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah 505 MW, dan PLTGU Grati, Pasuruan, Jawa Timur 855 MW. Kebutuhan gas ketiga pembangkit tersebut mencapai 300 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Sebenarnya, menurut Mulyo, sejak tahun 2000 PLN telah mencari pasokan gas, namun terhambat tingginya harga. "Kalau kami bertahan pada harga gas yang murah, hal itu dilakukan bukan bagi PLN semata, tapi buat konsumen agar harga jual listrik menjadi murah," ujarnya. Ia setuju apabila pemerintah memberikan subsidi bagi pembelian gas PLN. Muljo menambahkan, dalam jangka panjang, PLN sedang menjajaki pembelian gas dari Lapangan Tangguh di Papua milik BP Indonesia. Produksi gas lapangan Tangguh yang belum terikat kontrak jual beli mencapai tiga juta ton LNG per tahun.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006