New York (ANTARA) - Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), melintasi garis akhir bulan dan kuartal yang suram, dengan indeks S&P 500 mencatat paruh pertama terburuk dalam lebih dari setengah abad.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 253,88 poin atau 0,82 persen menjadi 30.775,43 poin. Indeks S&P 500 turun 33,45 poin atau 0,88 persen menjadi 3.785,38. Indeks Komposit Nasdaq kehilangan 149,15 poin atau 1,33 persen menjadi 11.028,74 poin.
Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan komunikasi masing-masing tergelincir 2,04 persen dan 1,55 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor utilitas naik 1,1 persen, merupakan kelompok berkinerja terbaik.
Ketiga indeks saham utama AS menyelesaikan bulan ini dan kuartal kedua di wilayah negatif, dengan S&P 500 mencatat persentase penurunan semester pertama yang paling tajam sejak 1970.
Nasdaq mengalami penurunan persentase Januari-Juni terbesar yang pernah ada, sementara Dow mengalami penurunan persentase paruh pertama terbesar sejak 1962.
Ketiga indeks mencatat penurunan kuartalan kedua berturut-turut. Terakhir kali terjadi pada 2015 untuk S&P dan Dow, dan 2016 untuk Nasdaq.
Tahun ini dimulai dengan lonjakan kasus COVID-19 karena varian Omicron. Kemudian datang invasi Rusia ke Ukraina, inflasi tinggi selama beberapa dekade dan kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve, yang telah memicu kekhawatiran kemungkinan resesi.
"Sepanjang tahun terjadi tarik ulur antara inflasi dan pertumbuhan yang melambat, menyeimbangkan pengetatan kondisi keuangan untuk mengatasi masalah inflasi tetapi berusaha menghindari kepanikan langsung," kata Paul Kim, kepala eksekutif di Simplify ETFs di New York.
"Saya pikir kita kemungkinan besar sudah dalam resesi dan saat ini satu-satunya pertanyaan adalah seberapa keras resesi akan terjadi?," katanya.
"Saya pikir sangat tidak mungkin kita akan melihat soft landing," tambah Kim.
Data ekonomi yang dirilis pada Kamis (30/6/2022) tidak banyak membantu menghilangkan ketakutan tersebut. Disposable income sedikit lebih rendah, belanja konsumen melambat, inflasi tetap panas dan klaim pengangguran sedikit lebih tinggi.
"Kami mulai melihat perlambatan dalam belanja konsumen," kata Oliver Pursche, wakil presiden senior di Wealthspire Advisors, di New York. "Dan tampaknya inflasi mengambil korban pada konsumen rata-rata dan itu diterjemahkan ke pendapatan perusahaan yang pada akhirnya mendorong pasar saham."
Musim laporan keuangan perusahaan kuartal kedua dimulai dalam beberapa minggu lagi, dan 130 perusahaan di S&P 500 telah menyampaikan pra-pengumum. Dari mereka, 45 positif dan 77 negatif, menghasilkan rasio negatif/positif 1,7 lebih kuat dari kuartal pertama tetapi lebih lemah dari tahun lalu, menurut data Refinitiv.
Kekhawatiran atas inflasi yang mengurangi permintaan konsumen dan mengancam margin keuntungan akan membuat pelaku pasar mendengarkan dengan seksama panduan ke depan.
Saham Walgreens Boots Alliance Inc jatuh setelah laba kuartalannya anjlok 76 persen, dirugikan oleh penyelesaian opioid-nya dengan Florida dan penurunan penjualan apotek AS karena berkurangnya permintaan untuk vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Wall Street dibuka jatuh, Indeks S&P 500 tuju paruh pertama terburuk
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022